Si manja

6.4K 356 3
                                    

"Ri," sapa ayah yang membuatku menoleh sejenak, meninggalkan aktivitasku membaca novel ditemani menyeruput kopi sesekali.

Aku tersenyum sekilas menatapnya sebelum ayah mendaratkan tubuhnya disebelahku.

"Mau kopi juga yah? Biar Riri buatin." tawarku pada ayah untuk memecah suasana hening saat ini.

Ayah menggeleng, "Nggak usah, tadi udah dibuatin teh sama ibu."

Ayah membelai kepalaku dengan lembut, "Nggak kerasa, Ri. Anak ayah udah sebesar ini."

"hehe, Riri juga nggak kerasa udah punya ayah setua ini." Tanganku meraih rambut putih yang mulai tumbuh diantara helain rambut kepala ayah.

Aku menyerahkan rambut putih itu pada telapak tangan ayah. Ayah menerimanya dan melihat rambut itu dengan seksama.

Selanjutnya kita tertawa, "Kalau Revan udah ubanan gini kamu juga masih cinta kan, Ri?" Spontan aku tersedak dengan pertanyaan ayah.

"uhuk..uhukk.."

"Nih minum air putih dulu," ayah menyodorkan segelas air putih yang langsung kuteguk hingga tersisa setengah gelas.

"Oh iya, Ri. Ayah besuk udah mulai reseravasi gedung sama ibu. Kamu besuk kalau ada waktu ikut ya kesana."

"Emangnya mau dirayain besar besaran ya yah? sampai nyewa gedung segala." Aki menyandarkan kepalaku pada bahu ayah.

Ayah tersenyum, "kamu itu anak tunggal, Ri. Nggak mungkin nggak ayah adain pesta sebagai rasa syukur ayah."

"Yah, mending uangnya kan buat keperluan lain daripada buat pesta kaya gitu."

"Anggep aja ini terakhir kalinya ayah nafkahin kamu ya? Ayah sama ibu akan bahagia kalau kamu bahagia sayang," aku langsung berhambur memeluk ayah.

"Makasih ya, yah. Riri bangga punya orang tua ayah sama ibu."

Ayah menciumi puncak kepala ku berkali kali,"Kalau sudah punya suami nanti sering sering main kerumah ya, Ri."

"Ri, udah ditungguin Revan di depan." Teriak ibu dari arah dapur.

"Iya, bu. Riri bentar lagi turun," jawabku untuk membuat ibu tidak berteriak memanggilku lagi.

Ayah berdiri, "Ayah turun duluan ya, kamu cepetan turun juga. Udah di tunggu Revan tuh."

" iya ayah." Aku terkekeh melihat ayah yang melambaikan tangan sebelum ia menutup pintu kamarku.


Saat aku menghampiri Revan, ternyata dia malah lagi asyik melamun dan nggak melirik kedatanganku sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku menghampiri Revan, ternyata dia malah lagi asyik melamun dan nggak melirik kedatanganku sedikitpun.

"Woii," aku menepuk bahu Revan dengan keras.

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang