Setelah kejadian dimana mereka berdua tertidur bersama. Niat Arkan yang sangat jahil kepada sang Adik dan teman kecilnya, kini mereka harus diserbu dengan komentar tak berpendidikan di media sosial nya. Gara - gara ulah Abangnya itu, Juni dicaci maki oleh netizen yang paling banyak ialah cewek. Memang semenjak Juni dan Juli memasuki SMA Cendrawasih, banyak yang tidak suka dengan keberadaan Juni yang selalu menempel bagaikan lem yang tidak bisa dipisahkan ketika bersama dengan Juli. Juni sendiri pun sudah bertindak tegas terhadap Juli bahwa, ketika mereka di sekolah mereka harus menjaga jaraknya. Tetapi hal itu ditolak mentah - mentah oleh Juli, maka dari itu fans receh banyak yang menghakimi Juni ketika Juli tidak ada disampingnya.Baru saja Juni mengaktifkan ponselnya, ratusan notifikasi masuk secara bersamaan. Juli terus berkomplen kepada Juni bahwa ponsel Juni mengganggu dirinya asik tidur. Padahal Juli tidur sudah memakan waktu yang lama, entah mengapa ia masih bergulat dengan rengekkannya kepada Juni yang mengganggu dirinya tidur. Bukan aneh lagi ketika mengetahui tingkah laku Juli yang seperti sekarang. Dari awal memang sudah begini jadinya, entah mengidam apa dulunya Ratna waktu hamil dia.
Juni membangunkan Juli yang terus bergulat dengannya. Juni sangat kesal, mengapa Juni sangat susah bangun. Ia mau mengambil air pun juga susah. Pasalnya, ia masih menggunakan pangkuan Juni sebagai bantalan tidurnya. Jangankan bangun, mau memindahkan kepala Juli saja ia sangat kerepotan. Ia terus meruntuki Juli, ia harus berbuat sesuatu agar Juli mau bangun dari tidurnya. Akhirnya terbelesit satu ide dibenak pikirannya, ia pun menampilkan senyum devil nya.
Karena tangan kanannya masih digenggam oleh Juli. Dengan terpaksa ia merencanakan rencananya dengan tangan kirinya. Ia memegang hidung runcingnya, dan
"Bangun nggak." Ucapnya penuh penekanan
Juli pengap. Pasalnya, hidung runcingnya dicubit hingga ia kesulitan bernafas. Ia pun bangun dengan wajah yang sedikit memerah karena ulah Juni.
"Lo gila ya." Juli kesal. Bagaimana tidak, Juni membuatnya kesulitan bernafas
Juni tertawa, "Bhuahahaha bodoamat." Singkatnya. Ia tak memperdulikan Juli, yang penting kini Juli sudah bangun dan rencananya berhasil
"Bangunin orang nggak gini caranya. Rese banget sih, pulang aja deh." Ia beranjak, mengambil denim jacketnya dan pergi
Dengan cepat Juni mencekal pergelangan tangan Juli, "Ya abisnya lo susah dibanguninnya. Maaf deh, jangan pulang dong." Rengeknya
Juli menoleh, "Nggak, gue mau pulang. Mau lanjutin tidur."
Juni ikut beranjak, ia tak mau Juni meninggalkannya sendirian disini. Ia pun langsung memeluk Juli saat itu juga "Aaa jangan pulang, disini aja. Tega emang ninggalin gue sendiri."
Diam - diam Juli tersenyum, ingin sekali ia tertawa sekarang. Tapi ia tahan, ia berpura - pura marah kepada Juni.
"Jangan diem gitu dong, jawab ihhh."
"Juliii jawab ih, nangis nih." Juni mengancam Juli, tetapi Juli tetap tidak menggubris perkataannya
Juni terus merengek seperti anak kecil. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Ia ingin Juli mau berbicara kepada dirinya saat ini. Tiba - tiba saja pintu ruangan ini menimbulkan suara, ada seseorang yang masuk.
Ceklek
Tak sadar, keluarga Juni dan Juli kembali ke ruangan ini. Seperti hal biasa, mereka ingin menjaga dan melihat perkembangan kondisi anak perempuan satu - satunya dikeluarga mereka. Juni hanya melihat mereka sekilas, begitu juga halnya dengan Juli dipelukkannya. Keluarga mereka pun sudah terbiasa melihat kedekatan mereka berdua. Jadi tak ada salahnya atau sedikit terkejut melihat adegan itu. Mereka hanya dibuat bingung, mengapa Juni memeluk Juli sambil mengeluarkan air mata. Akhirnya mereka menghampiri kedua orang tersebut.
"Eh anak Mamah, kenapa nangis." Tanya Farah
"Kamu kenapa sayang?. Jul, ada apa?." Kini Nadine yang bertanya kepada Juli
Juli heran dengan ucapan kedua Mamahnya, ia menundukkan kepalanya. Dan benar saja, Juni menangis dipelukkannya. Terkejut? Pasti. Mengapa ia harus menangis, apa perlakuannya kasar terhadap Juni? Ia pun langsung menghampus air mata Juni yang terus mengalir.
"Ko jadi nangis sih, ih Mah padahal Juli nggak apa - apain Juni lho serius." Katanya
"Benar begitu Tha?." Tanya Mahardika dengan panggilan yang berbeda dari yang lainnya, "Benar Ano nggak apa - apain kamu Atha?."
"Juli jahat sama Juni hiks hiks hiks." Balas Juni
"Ano kamu." Mahardika menjeda ucapannya
"Juli kamu apain Juni, kamu itu mau Mamah hukum?." Farah terus memarahi putra tunggalnya
Juli mencubit kedua pipi gembil Juni, "Gemes gemes gemes, gue gak apa - apain lo, lo malah nangis. Squishy nya minta digemesin nih hm." Juli gemas dengan teman kecilnya, ia pun terus mencubit squishy yang berada dipipinya
"Sakitttt, Mamah Papah Julinyaaa." Tutur Juni berteriak
"Juli, kamu ini." Farah terus bergumam
"Para Mamah dan para Papah ku yang Juliano sangat sayang. Anak perempuan kalian aja nih yang lebay, gimana nggak kesel coba Juli lagi tidur hidung juli dicubit sampe nggak bisa nafas. Giliran Juli minta pulang, nggak boleh, malah nangis. Dasar cengeng." Katanya sangat gemas dengan menatap Juni
Nadine bernafas lega, "Yaampun Mamah kira kenapa."
Juni memanyunkan bibirnya, ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia sangat ia tunggu dari tadi "Bang Arkan mana Mah?."
"Abangmu lagi pergi sama teman - temannya, kenapa emang?."
"Itu Mah, Bang Arkan nyebelin. Masa aku sama Juli lagi tidur difoto diupload ke sosial media. Juni jadi diserbu sama fans fanatik nya Juli tuh." Ucapnya dengan nada penuh penekanan
"Anak Mamah tuh banyak fansnya di sekolah, Juni jadi pengen pindah sekolah deh gara - gara cewek alay yang ngira Juni terlalu kayak gitu ke Juli." Sambungnya lagi
"Papah nggak setuju kalo kamu pindah terus jauh dari Juni sayang." Tiba - tiba saja Aiden berbicara seperti itu
"Tapi Pah-"
"Sekali tidak ya tidak lho sayang, apa perlu Papah pindahin kamu ke luar neg-"
"NGGAK PAH. JULI LEBIH NGGAK SETUJU." Juli berteriak histeris ketika Papah Juni ingin Juni dipindahkan ke luar negeri
"Kalo sampe bener Papah mau bawa Juni ke luar negeri, Juli juga harus ikut."
Mengapa suasananya menjadi seperti ini? Mengapa Aiden meniatkan anak perempuannya dipindahkan ke luar negeri. Tentu saja Juli tidak terima dengan perkataan Papah Juni seperti tadi. Bilamana Juni pergi, Juli juga harus ikut bersamanya. Kemana pun Juni pergi, Juli juga tetap harus disampingnya. Dari dulu kedua orang tuanya sudah berpesan kepada Juli bahwa Juli harus bersama dengan Juni, kemana pun itu. Tetapi tidak melepaskan tanggung jawab sepenuhnya kepada Juli, Juli hanya perantara bila orang tuanya tidak ada disisinya.
"Kalo begini jadinya, Juli yang pengen nangis tuh Mah." Timpal Juni menertawai Juli dengan kondisi sepanik itu
"Gimana nggak panik, lo mau ditransfer ke luar negeri. Mikir kenapa Jun, ah rese deh." Sahutnya dengan nada kesal
Kini Juni saatnya membalas perilaku Juli yang tadi diperbuat, mencubit pipinya "Transfer? Lo kira gue apaan. Uuu sayang, ko jadi makin sayang sih. Si gemay gemay gemay, sini peluk dulu." Ajak Juni
Juli pun langsung memeluk Juni, "Sekarang udah bisa bales dendam ya."
Juni mengelus puncak kepala Juli, "Ajaran siapa dulu, Aldebaran kan hehehe."
Nadine, Aiden, Farah dan juga Mahardika, mereka melihat kedua anaknya sangat berantusias. Tak salah mereka menyatukannya, entah mereka berdua itu akan berjodoh atau tidak yang terpenting kedua orang tua sama - sama saling menyuport mereka. Inilah yang mereka sangat merasa beruntung, kedua anaknya saling menyayangi. Dari dulu hingga sekarang tak pernah ada perubahan sedikit pun dari keduanya. Maka dari itu mereka terus mengucapkan rasa syukur teramat dalam kepada Maha Kuasa. Mereka senang, sangat senang. Apa jadinya ketika mereka akan berjodoh nanti? Kita tidak tahu. Yang terpenting pilihan Tuhan tidak akan pernah salah. Takdir yang akan menentukan jalan ke depannya mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/160344418-288-k894079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...