Setelah Galen sudah mengantarnya ke rumah, Juni meminta Galen untuk tidak diantar ke rumah aslinya. Alhasil, Juni melangkahkan kakinya pergi ke rumah yang bukan peninggalan aslinya. Ia pergi ke rumah baru milik Kakak laki - lakinya, ia memang sengaja lebih menginjakan kakinya ke tempat ini dibandingkan ke tempat tinggal aslinya. Melihat jam yang menempel dipergelangan tangannya, ternyata ia pergi sudah memakan banyak waktu dan tidak memberi kabar kepada orang rumahnya. Ia memegang perutnya yang terus saja berbunyi untuk minta diisi, tetapi Juni enggan untuk membeli makanan hanya sekedar mengisi perut kosongnya. Padahal ia mempunyai riwayat penyakit maagh yang benar - benar tidak boleh terlewat sedikit pun. Tapi justru Juni selalu saja melanggar ucapan yang menurut itu sangat penting bagi dirinya sendiri. Tak mau diambil pusing, Juni melupakan persoalan untuk mengisi perutnya dan melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah Kakaknya ini.
Tok tok tok
Ia pun mengetuk daun pintu rumah Arkan, menunggunya agar sang Kakak mau untuk membukakan pintu untuknya. Dengan terus mengetuknya dikarenakan Kakaknya belum juga membukakan pintu, ia sedikit mengintip ke arah jendela untuk melihat ada atau tidaknya penghuni di dalam. Ia memicingkan matanya, ia melihat televisi di ruang tamu itu menyala. Berarti tandanya, Kakak laki - lakinya ada di dalam rumahnya, tapi mengapa Arkan belum juga membukakan pintu untuknya. Apa mungkin Arkan tidak mendengar suara ketukannya sehingga ia belum juga membukakan pintunya.
"BANG ARKAN!." Tok tok tok. Ia memanggil Kakaknya sedikit berteriak dengan terus mengetuk pintu itu
"BANG ARKAN, BUKAIN BANG!." Teriaknya lagi
Setelah lama ia berteriak dan terus mengetuk pintu itu, tibalah seseorang bertubuh tegap datang dan membukakan pintu. Juni yang melihat Kakaknya seperti itu, ia sedikit terheran dengan baju yang dikenakan Kakaknya setengah basah. Kepalanya ia miringkan sedikit, melihat Kakaknya yang benar - benar membuatnya bingung dan ia pun juga melihat ditangan Kakaknya banyak sekali gelembung sabun. Apakah Kakaknya itu sedang mencuci pakaian?, tapi apakah Kakaknya itu bisa melakukannya sendirian di rumah yang cukup besar ini, Juni benar - benar dibuat terkesima dengan Kakak laki - lakinya yang satu ini.
"Kamu tuh dateng kesini cuma mau ngeliat Abang doang apa gimana?." Tanya Arkan bingung yang melihat Juni hanya melihat dirinya
Juni menggeleng, "Nggak lah, bosen yang ada Juni juga." Balasnya acuh
Arkan memutar bola matanya, "Yaudah masuk, mau Abang kunciin kamu diluar hm."
Juni memanyunkan bibirnya, melangkah masuk dan melempar ranselnya ke sofa. Berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih dan meneguknya sampai tandas. Tenggorokannya begitu terasa lega ketika ia sudah membasahinya dengen segelas air putih tadi. Selepas ia mengambil minum, ia kembali ke ruang depan untuk sekedar menonton televisi. Ternyata benar, Kakak laki - lakinya sudah mandiri yang hidup di rumah ini. Dengan usaha kerja keras Kakaknya, ia merasa bersalah karena sudah mendiami Kakaknya dengan keegoisannya sendiri. Keegoisan inilah yang membuatnya berhutang budi kepada Kakaknya, sehingga menyebabkan dirinya sangat merindukan sosok laki - laki itu. Ia beranjak, menghampiri Kakaknya yang tengah memeras baju yang sedang dicuci olehnya.
"Abang... maafin Juni." Ucapnya yang tiba - tiba memeluk Arkan dari belakang
Arkan menghentikan aktivitasnya, "Kamu kenapa Ni?." Tanyanya bingung
"Juni tau Juni udah egois sama Abang, maafin Juni Bang."
Arkan mencuci tangannya dengan air bersih, setelah itu ia berbalik badan dan membalas pelukan sang Adik "Iya Abang maafin Juni."
Benar - benar beruntung Juni mempunyai seorang Kakak yang mau mengerti keegoisan Adik perempuannya ini. Dengan kesabaran dirinya, Juni yang lebih dulu meminta maaf kepadanya dan mau mengakui kesalahannya. Arkan tersenyum manis ketika Adiknya pergi menemuinya dan bersikap baik seperti Juni mendiaminya setelah beberapa minggu. Arkan sendiri juga sedikit tak tega ketika ia berpisah dengan gadis kecil kebanggannya ini. Tapi apa boleh buat, dikarenakan sebentar lagi pernikahan dirinya tinggal menghitung hari, ia harus bisa hidup mandiri seperti ini tanpa dibantu oleh kedua orang tuanya ataupun asisten rumah tangga Mamahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Teen Fiction(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...