Setelah mengantri memberikan salam kepada penghuni rumah, dan membuat mereka terkejut, kini sudah saatnya membahas bagaimana bisa dikehidupan fana kembali lagi ke kehidupan nyata sekarang. Seorang laki - laki yang sangat tidak sabaran sedari tadi, ia pun langsung menarik Juni paksa lalu membawanya ke lantai atas. Awalnya Juni yang begitu rindu dengan orang - orang rumahnya ini, ia pun harus menerima kenyataan pahit dan harus melunasi hutangnya kepada laki - laki itu. Ia tidak bisa mengelak, mau kabur saja itu sangat sulit ia lakukan saat ini. Bagaimanapun, reaksi sedih dari dirinya tidak akan mempan bilamana ia memohon untuk tidak bercerita sekarang ini. Juli tetaplah Juli. Sikap datar yang semua keluarga bilang tidak bisa ditoleransi hanya karna satu murungan saja. Dulu, Juli masih bisa ditoleransi ketika Juni ngambek, tapi sekarang tidak lagi. Sulit, mungkin sekarang seratus persen sangat sulit.
Apa yang Juli katakan di pemakaman tadi, ternyata benar. Setelah menarik paksa Juni, sekarang Juli mengunci pintu kamar Juni dan meletakan kunci itu di saku celana bahannya. Entah mengapa wajah buruknya mendadak tersirat begitu saja ketika Juni berhasil melihatnya dengan mata lebar. Jarinya yang memutih, dengan aura panik kuku - kukunya pun ia gigit dengan gemetar. Hari ini, mulai dari pemakaman, arah jalan pulang, salam - salam rindu bersama keluarga, bahkan sampai di dalam kamar saat ini, wajahnya masih sama. Datar yang belum juga kembali seperti dulu, ia sangat merindukan dimana laki - laki di depannya sering membuat dirinya tersenyum dengan caranya yang sangat receh. Ia merindukan laki - laki humoris, bukan terlihat semacam teroris seperti ini.
Juni yang semula setengah mengumpat dibalik selimut kesayangannya, matanya sedikit mengintip seseorang di depannya. Ternyata masih sama, tak ada senyuman sedikit pun dari bibirnya. Juni buru - buru menengadah tangannya, berharap kepada Tuhan dengan jampe - jampe dari mulutnya, ia ingin dilindungi dari orang yang akan berbuat jahat pada dirinya saat ini.
"Lindungi saya Tuhan, lindungi saya Tuhan, lindungi say–"
"Kamu ngapain kayak gitu?. " Juli yang sudah menarik selimut itu, ia melihat ada keanehan dari diri Juni yang tak ada henti - hentinya terus bergumam sendirian
Juni membuka matanya, mendongakkan wajah dan menatap Juli lekat - lekat, "Hehehehe, nggak ngapa - ngapain, lagi doa aja." Bukannya lebih takut, justru ia membalasnya dengan cengiran lebar kepada Juli dan gelengan pada kepalanya
Juli yang sudah melepaskan sepatu beserta kaos kakinya, ia melipat kedua kakinya dan merapihkan selimut didepannya, "Kapan mau diceritain?, masa saya harus nunggu kamu lagi sih." Cerewetnya ia sekarang melebihi ibu - ibu ngidam. Ya, Juli terlihat sebagai orang ngidam yang apa - apa harus segera terlaksanakan
Juni hanya memutar bola matanya, menyambar bantal-gulingnya dan tak lupa memeluk teddy bear kesayangannya dari dulu, "Sabar kenapa kali jadi orang, orang sabar disayang Tuhan tau."
"–Kalo orang udah sabar, tapi udah disabarin terus, 'disayang siapa? Boro - boro ada yang sayang, di anggurin kesabarannya iya." Berbelok - belok ucapannya mulai sedikit tidak bisa dimengerti oleh Juni. Juni yang mendengarkannya dengan teliti pun, ia tetap saja menaikan satu alisnya
"Yaudah sini, saya ceritain." Juni menepuk daerah kosong disampingnya untuk segera Juli singgahi. Setelah Juni memintanya pun, ia langsung mensejajarkan tubuhnya di samping Juni
Juni menyampingkan setengah tubuhnya, "Mau mulai darimana?."
Juli ikut menyampingkan tubuhnya, dengan satu tangan kiri ia lipat menjadi bantalan kepalanya, "Gimana kamu bisa hidup lagi." Ketika Juli menyarankan pertanyaan itu untuk Juni jawab, Juni pun mengangguk 'iya' dan mulai mengingatnya lagi
--Flashback On
Rumah Sakit,
Ketika pihak rumah sakit sudah membawa Juni ke dalam ruangan mayat untuk segera dimandikan dan dikafankan, tiba - tiba saja jari jemari Juni bergerak dengan sendirinya. Petugas yang mengurusi jenazah Juni, mereka dibuat kaget oleh pergerakan secara mendadak ini. Awalnya mereka takut dan ingin melarikan diri, tetapi beberapa petugas yang bermental baja menghentikan dua petugas lainnya untuk tidak berlari dan segera memintanya untuk mengabari keluarga korban.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...