Bab 18

902 48 0
                                    


Dua minggu setelah hari pertama masuk sekolah. Kini Juni beserta ketiga temannya tengah bersiap - siap untuk mengganti seragam putih abu - abunya dengan seragam olahraga. Melipatnya dengan rapih agar tidak terlalu kucel, kini seragam putih abu - abunya mereka masukan ke dalam paper bag yang berada di tangan masing - masing. Sebelum mereka berempat keluar dari kamar mandi ini, mereka menyempatkan dirinya untuk menyemprotkan parfum ke seragam olahraga agar tidak tercium bau yang tak sedap ketika olahraga berlangsung. Setelah semuanya sudah beres, mereka pun keluar dari kamar mandi dengan langkah terburu - buru. Pasalnya jam olahraga sudah berlangsung sejak lima menit yang lalu. Mereka sangat tahu dengan guru olahraga yang terbilang sedikit mengerikan, Bapak Arya Guandrama.

Mereka harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk menyimpan seragam putih abu - abunya. Memang cukup melelahkan bila pelajaran olahraga hanya memberikan waktu untuk mengganti seragam dengan waktu sepuluh menit saja. Cukup menguras tenaga juga bila harus menaiki tangga dan menuruninya kembali. Ah benar - benar sangat tega Pak Arya ini dengan siswa-siswi yang ruang kelasnya berada dilantai atas. Setelah mereka berhasil menyimpan seragam putih abu - abunya, Juni, Bianca, Lyanna dan juga Melda langsung bergegas lari menuruni anak tangga untuk segera sampai ke lapangan. Mereka berdoa agar mereka tidak dihukum oleh Pak Arya nantinya.

Nafas tersenggal - senggal, memegang kedua lututnya yang terasa lemas "Maaf Pak kami telat." Ucap Juni kepada Pak Arya yang tengah bercuap - cuap kepada anak kelas XII A yang sudah berbaris dengan rapih

Dibarisan paling belakang, Juli menoleh sedikit. Ia melihat Juni dengan keringat yang bercucuran didahinya.

"Kalian telat lima belas menit, lari lima putaran dari sekarang." Pak Arya memberi hukuman kepada mereka untuk berlari mengitari lapangan SMA Cendrawasih yang terbilang luas ini

Mata Juni terbelalak, "Tapi Pak."

"Tidak ada toleransi, sekarang lari lima putaran." Titahnya lagi

Juni mengangguk lemas, "Baik Pak."

Mereka berempat pun langsung berlari mengitari lapangan ini sesuai intruksi dari Pak Arya. Lima putaran itu tidak sedikit, melainkan lapangan seluas ini mereka harus mengelilinginya. Satu putaran saja belum sampai untuk setengahnya, apalagi menyusul sisanya nanti. Tidak yakin kalau salah satu diantara mereka ada yang bisa menyelesaikan perintah dari Pak Arya tadi. Dan lihat nanti saja beberapa putaran, mereka ingin meminta toleransi kepada Pak Arya agar menyudahi hukumannya atau tidak sama sekali.

"Saya tidak mau dari kalian ada yang tidak menghargai waktu seperti mereka berempat, mengerti semua?." Tuturnya dengan rahang yang begitu tegap

"NGERTI PAK!." Balas anak - anak XII A serempak

"Sekarang buat tim, masing - masing tim berisi enam orang. Permainan kali ini adalah bola voli." Pak Aryan mengintruksi anak - anak untuk membuat tim bermain bola voli

Semua anak - anak langsung mencari teman - teman yang lain untuk membuat satu tim. Ada yang ingin bercampur dengan laki - laki, dan ada yang mau tetap perempuan dengan perempuan dan laki - laki dengan laki - laki. Keputusan mereka ialah dengan sesama jenis, tidak ingin dicampur atau yang lain sebagainya. Ketika mereka sudah berhasil membuat satu tim, Pak Aryan meminta dua orang laki - laki untuk memasang tiang net terlebih dahulu.

Berbeda dengan Juni dan kawan - kawan, mereka berhasil menyelesaikan lima putaran yang telah diberikan oleh Pak Aryan. Mereka duduk di pinggir lapangan dan meluruskan kakinya yang begitu sangat lemas. Juni memukul - mukul lututnya yang terasa pegal sedari tadi ia menyimpan seragamnya di kelas. Sesekali ia juga menyibakan rambutnya yang sedikit basah karena keringat yang terus bercucuran.

"Capek sekali prinses saat ini." Kata Bianca yang tengah mengipaskan tangannya ke wajahnya

"Tau nih Pak Arya, orang mah kasih hukuman jangan berat - berat kenapa. Dua puteran juga udah cukup. Nggak liat apa lapangan segede gini." Gerutu Melda yang sibuk mengusap keringatnya

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang