Apa yang tidak diinginkan oleh perempuan ini, ketika ia meminta kepadanya, semua yang diinginkannya seketika terwujud. Waktu bersamanya, seakan berharga ketika hanya bilang dengan keinginannya saja. Hati yang begitu baik, membuat bibirnya tak berhenti untuk mengulas senyuman yang indah. Entah mengapa, ia begitu terasa sakit hati bila melihat wajah bahagia yang laki - laki ini tunjukan. Bukannya apa - apa, ia hanya tidak enak hati bila ketika laki - laki itu tau mengenai perasaannya yang sebenarnya.Apa ia harus katakan sekarang? Dan, apa ia harus siap juga melihat reaksi yang ditunjukan dirinya terhadap dirinya sekarang, rasanya itu semua tidak ingin ia katakan kepadanya. Ia hanya takut membuatnya sakit hati mengenai apa yang ingin ia katakan. Tapi apa boleh buat, ia juga tidak mau berlama - lama mengerjainya dengan cara berpura - pura bahagia bersamanya. Waktu memang begitu kejam, mengubah takdir baik menjadi sebuah takdir yang tidak terlalu gampang untuk diterima. Ia bingung, benar - benar bingung saat ini.
Melihat wajah bahagia darinya pun, hatinya merasakan sakit yang luar biasa. Apalagi ia berkata mengenai perasaan terhadapnya? Ah rasanya ia seperti perempuan terjahat yang pernah laki - laki ini temui.
"Juni, fokus dong sama club lo. Jangan bengong, nanti gue kalahin nangis lagi hahahaha." Sebuah peringatan kecil untuk Juni, Kenzo terlihat begitu semangat memainkan PS3 bersama dengan Juni di ruang tengah ini
Juni yang terus memandangi Kenzo, pikirannya langsung buyar. Kenzo menyadarkannya, ia melihat layar televisi besar dimana club kesayangannya tengah dikepung oleh club yang dipegang oleh Kenzo.
Saat ini, mereka berdua tengah bermain play station di ruang tengah rumah Juni. Sehabis berbelanja makanan ringan tadi, Juni menyarankan Kenzo untuk bermain PS3. Dengan senang hati Kenzo mengiyakan permintaan Juni, dan ia pun diminta memegang sebuah club dimana club tersebut club musuh dari club Juni.
"Inter bakal menang, Juventus kalah raih Scudetto hahahaha." Kenzo yang terus bersemangat, ia nampak gencar memainkan permainan bola ini
Juni yang tidak begitu fokus dengan permainannya, sebisa mungkin ia tidak ingin menyiratkan wajah sedihnya kepada Kenzo. Walaupun hatinya terus meminta dirinya untuk mengatakan apa yang ia pendam, ia terus menahannya dengan keinginan bahwa selesai permainan ini, ia akan mengatakan semuanya.
"Yaaaa Dybala, Mandzukic maju. Dannnnn, –GOLLL 'YEAY!!!." Juni yang memasukan bola ke kandang lawan, ia melompat kegirangan atas kemenangan 2-1 ini
"Yaelah baru nyetak satu point aja juga, huuuuu." Kenzo menyoraki Juni dengan ketidaksukaannya karena satu point untuk club Juventus
Juni kembali duduk, "Biarin aja wle, yang penting ada point." Ia menjulurkan lidahnya kepada Kenzo, yang membuat Kenzo sedikit mendelikan matanya keatas
"Berapa menit lagi selesai, gue bakal kalahin club kesayangan lo, awas aja." Terlihat tak mau kalah, Kenzo langsung memainkan analog dengan gencarnya
Juni pun yang melihat Kenzo sudah memainkan timnya, ia pun tak mau kalah juga karena serangan musuh kepada club kesayangannya. Bagaimana pun, ketika ia bermain bola dengan siapa saja, ia mempunyai motto kepada clubnya: nggak ada yang boleh ngalahin Raja Turin, biar satu negara pun, gue nggak ikhlas.
Juni menoleh ke samping, menatap Kenzo lekat - lekat, "Zo, gue mau ngomong sekarang –boleh?." Tanyanya, ia meminta izin terlebih dulu sebelum memulai pertanyaannya
Kenzo yang terus menggerakan analognya, ia hanya menoleh sedikit, "Apa, tanya aja Ni."
Juni menekan tombol start pada stick yang ia pegang, dimana permainan yang ia mainkan terpause secara satu tekanan. Menyimpan stick tersebut di depannya, ia kembali menatap Kenzo, "Zo, gue takut lo marah sama gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/160344418-288-k894079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Fiksi Remaja(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...