Bab 28

788 43 0
                                        

Sabtu malam seperti ini, menjadi incaran Juni untuk meminta jalan - jalan kepada Juli. Ia sangat menyukai Sabtu malam, katanya, Sabtu malam lebih mengesankan dan membuatnya terasa lebih bahagia. Orang - orang pun pasti menyukai malam ini, entah yang sedang jalan bersama pacar, gebetan ataupun suami-istri, mereka juga bahagia dengan malam ini. Juni yang sudah bersiap - siap dengan jaket boomber maroon, ia merapihkan rambutnya yang tergerai dengan sempurna. Ia mengambil tas kecilnya, menyimpan barang yang menurutnya penting seperti charger ponsel, kabel data, powerbank, headset, dompet dan tak jauh dari benda kecil yang selalu ia bawa, jepit rambut beserta lipblam dan juga bedak. Ia memang sengaja membawa benda sakral itu, menurutnya, ia akan memakainya ketika wajahnya kusam dan bibirnya mengering serta rambutnya yang terasa mulai lepek.

Sekiranya sudah, ia mengambil kaos kaki didalam nakas yang sudah disediakan untuk tempat berbahan halus ini. Memakainya dan berjalan menuju rak sepatu khusus. Ia memilih sepatu untuk ia pakai kali ini, matanya terus mencari - cari sepatu yang menutnya sangat cocok. Tatapannya terjatuh ke rak nomor tiga, ia mengambil sepatu vans bewarna hitam. Mengambil kursi kecil dan mulai memakai sepatu itu. Ia menyimpulkan tali terlebih dulu, memasukannya talinya kedalam celah agar ketika ia berjalan tidak terinjak dan ia terjatuh. Setelah semuanya beres, ia pun meninggalkan kamarnya dan tak lupa menutup pintu kamarnya. Menuruni anak tangga, ia melihat Kakak laki - lakinya sedang bermain gadget di ruang tengah. Menghampiri Kakaknya, meminta izin agar ia tidak terkena ocehan ketika ia sudah bersama Juli karena tak ingat waktu.

"Bang, Juni pergi dulu ya." Ucapnya sambil mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja dihadapan Kakaknya

Arkan menoleh, "Mau kemana? Sama siapa, terus pulangnya jam berapa?." Tanyanya begitu komplit seperti ketoprak berkaret dua

Juni memutar bola matanya, "Pokonya sama Juli, kalo pulangnya kemaleman paling tidur di rumah Mamah Farah." Balasnya datar

Arkan mematikan ponselnya, meletakannya di meja "Kebiasaan ah, tidur di rumah Mamah Farah terus. Pulang aja, Abang kan sendirian terus." Katanya sambil merajuk seperti anak kecil

"Yaampun Bang, emang Mamah Papah nggak pulang? Lagi juga kan ada Bi Surti sama Mang Dedi." Jelasnya memberitahu penghuni rumah yang lain

Arkan menarik tangan Juni, membawanya kedalam dada bidangnya "Jahat banget ih. Mentang - mentang ada Juli, Abang kandung sendiri dilupain."

Juni gemas, Kakaknya mulai bertingkah seperti Juli. Arkan dan Juli memiliki karakter yang sama, sama - sama suka merajuk seperti anak kecil dan suka membuat Juni serba salah. Ia yang sangat menyayangi Kakaknya, ia juga merasa tak tega ketika Kakaknya sudah seperti ini.

Juni menjembil pipi Arkan, "Gemes gemes gemes, macem Juli ih ternyata, suka ngambek gini hahaha." Ledeknya

Arkan mengerucutkan bibirnya, "Samain aja terus, iya deh yang Juli juga disayang mah beda." Sahutnya sambil membuang muka

Juni terkekeh, Kakaknya benar - benar membuat Juni ingin menggigitnya wajahnya. Pipi yang sedikit menggembung, kedua tangan dilipat didepan dada dan deru nafas yang abnormal membuat Juni ingin memiliki Kakaknya. Kalau saja Arkan bukan Kakak kandungnya, mungkin ia sudah menyukainya. Ah tapi tidak, ia sudah mempunyai Juli, teman kecil yang membuat hari - harinya selalu berwarna. Tidak kalah juga, Arkan tetap Kakak yang membuatnya tak rela untuk ia meninggalkannya seorang diri setiap ia jalan berdua dengan Juli. Kalau saja Kak Agatha berada di Jakarta, Arkan juga pasti melupakan dirinya dan selalu pergi berdua bersama Kak Agatha. Yasudah, ia sekarang harus pergi bersama Juli. Bagaimana pun, hari ini, sudah menjadi rutinitas dirinya untuk pergi berdua bersama Juliano.

"Yaelah Bang, jangan ngambek gitu dong. Nanti Kak Aganya makin lama buat nemuin Abang, emang Abang mau?."Tuturnya yang membuat Arkan langsung menatap dirinya lekat - lekat

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang