Kedatangan Kenzo beserta teman - temannya membuat Nadine lontang - lantung. Pasalnya, Nadine belum mengetahui bahwa teman - teman Juni lumayan banyak berpawakan laki - laki. Juni belum pernah cerita mengenai Kenzo dan teman - temannya kepada Mamahnya sendiri. Maka dari itu, sebelum Kenzo diperbolehkan untuk menengok Juni, Nadine bertanya - tanya seperti wartawan kepada mereka semua. Selepas Nadine sudah puas bertanya - tanya, Nadine juga berpesan kepada teman - teman Kenzo untuk tidak masuk semuanya ke kamar Juni. Bukannya apa - apa, permasalahannya cuma satu, banyak alat bantu yang menempel di tubuh Juni dan sakitnya juga bukan sakit biasa. Alhasil teman - teman Kenzo menyuruh Kenzo untuk menegok sendiri saja dan mereka tunggu di ruang tamu rumah Juni. Kenzo pun nurut apa kata teman - temannya dengan membawa sebouqet bunga lily ditangannya.Sesampainya di anak tangga paling atas, Kenzo celingak - celinguk seperti maling yang ingin mencari barang berharga di rumah ini. Ia tampak bingung melihat dua buah ruangan yang berpintu sama. Ia juga bingung dengan tulisan didaun pintu keduanya, ia menyeret kedua kakinya menuju pintu pertama dan melihat tulisan didaun pintu tersebut.
'Arkan Revano'
Begitulah tulisan ditengah daun pintu ruang pertama. Ternyata kamar milik Kakak laki - lakinya Juni, ia pun kembali menggeser kakinya ke samping dimana ruangan kedua setelah kamar Kakaknya.
'Juniatha Revano'
Ini dia yang ia cari, kamar milik Juni. Tak butuh waktu lama - lama, Kenzo menekan knop pintu kamar Juni perlahan - lahan. Ketika ia sudah berhasil masuk, ia menutup kembali pintu kamar ini. Membalikan badan dengan menyium harumnya bunga lily yang ia pegang, tiba - tiba tubuhnya menenggang ketika melihat suatu objek di hadapannya. Tangannya gemetar ketika melihat sesuatu di depannya, dengan langkah berat, ia mentitah langkahnya agar tidak mengganggu seorang putri tidur disana. Ia melihat kursi yang berada di samping ranjang Juni, menggeretnya dan menjatuhkan tubuhnya di kursi kecil itu.
"Hai Ni, apa kabarnya?." Ucapnya basa - basi menyapa Juni yang masih terlelap
"Gue bawa bunga nih buat lo, bungannya mirip sama lo nih Ni, lucu." Sambungnya terus bercengkrama dengan putri tidur di depannya
Kenzo meletakan bunga lily di nakas, "Gue simpen di nakas ya Ni, semoga lo suka."
Kenzo mengusap wajahnya gusar. Melihat kondisi Juni yang sebenarnya, ia merasakan ada beban dipikirannya ketika melihat Juni seperti ini. Ia melihat begitu banyak selang yang menempel ditubuh Juni. Mulai dari hidung, tangan dan juga selang yang tersembunyi dibalik baju keseharian Juni, semuanya terus menyambung dari tubuhnya. Secara perlahan, Kenzo meraih tangan pucat Juni lalu menggenggamnya. Mengelus setiap urat - urat dari tangan Juni yang menonjol begitu saja, Kenzo merasakan hal aneh pada hatinya ketika menggenggam tangan Juni.
"Kenapa gue nggak pernah tau dengan persoalan lo Ni, apa gue emang nggak bisa buat nyimpen perasaan gue untuk lo Ni?." Cuapnya menyiratkan perasaannya kepada Juni, si putri tidur
"Sejak kapan lo tidur dan belum bangun juga Ni?. Kenapa lo ngebiarin semua alat yang nempel sama diri lo jadi teman tidur lo?."
Tanpa hentinya, Kenzo terus berbicara kepada Juni yang belum bisa membuka mata indahnya. Terus dengan genggamannya, Kenzo mengecup pelan punggung tangan itu begitu lembut. Ia bangkit, menggeser kursinya dan duduk di lantai.
Menempelkan dagunya disisi ranjang sembari memainkan jemari Juni yang begitu terlihat kecil, "Ternyata jarinya juga kecil ya, pantes orangnya juga kecil hahaha."

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Genç Kurgu(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...