Malam yang sunyi, semilir angin yang menyentuh kulit putih seseorang yang sedang menyendiri. Pohon - pohon di depan sana sedang melambai - lambai ke arahnya. Pergerakan awan yang begitu cepat, membuat langit berubah menjadi hitam pekat. Tanda ingin turunnya hujan, terdengar suara guntur mulai menggelegar. Ia tidak beranjak dari posisinya, tetap diam di tempat, di balkon kamarnya. Semakin lama, angin mulai menembus sampai ke dalam kamarnya. Menyibakan setiap helaian gordyn yang terbang ke sembarang arah, membuat auranya semakin dingin. Rambut yang berpaduan cokelatnya juga ikut menikmati semilir angin yang bertiup sangat kencang. Angin malam ini sungguh menemani dirinya yang sedang gundah gulana. Entah ia memikirkan apa, pandangannya lurus ke depan. Ia mendongak, menatap langit yang tidak menampakan bintang serta bulan di atas sana.Tangannya mulai memeluk kedua kakinya, menyimpan dagunya dikedua lututnya. Nafasnya terasa sedikit hangat ketika ia menghembusnya perlahan - lahan. Kakinya ia ketuk - ketukan sehingga berhasil menghasilkan sedikit suara. Atap balkon ini mulai terkena tetesan air hujan, bau harum khas tanah mulai menyerbak sampai ke tulang hidungnya. Apa yang kalian pikirkan tentang dirinya saat ini?, rindu akan seseorang atau kesal terhadap seseorang?, ah memang susah ditebak dengan semua sifatnya ini. Ia menggeser tubuhnya hingga ke arah corner dinding balkon ini, meluruskan kakinya dan mengambil bantal ayunan rotan miliknya. Memeluk bantal tersebut dan menenggelamkan wajahnya. Moodnya kali ini tidak bereaksi untuk melakukan aktivitas apapun. Entah untuk belajar, mengerjakan tugas sekolah ataupun yang lainnya. Ia menghabiskan malam yang begitu dingin ini sendirian di balkon kamarnya.
"Non." Panggil Bi Surti memegang bahu Juni
Juni mendongak, "Kenapa Bi?." Tanyanya dengan wajah sedikit kucel
"Ini udah sudah jam waktu Non makan, sebaiknya Non mengisi perut Non terlebih dulu di bawah." Bi Surti menyadarkannya dengan waktu jam makan Juni yang sudah ditentukan
Juni tersenyum, "Iya nanti Juni kebawah ko Bi." Katanya sedikit ramah untuk meyakinkan Bi Surti agar Bi Surti tidak memaksanya
"Kalau begitu, Non sebaiknya masuk ke dalam. Nggak baik ketika hujan, Non malah disini. Nanti Non bisa masuk angin, lagi pula Non besok kan sekolah." Pintanya dengan sangat perhatian
Juni mengangguk, "Iya Bi, dikit lagi aku juga masuk ko. Masih mau lihat hujan aja hehehe." Menampilkan deretan giginya, Juni sangat senang bila sedang diperhatikan oleh Bi Surti
Bi Surti mengelus rambut Juni, "Awas, nanti ada guntur lho Non."
Juni meraih tangan Bi Surti, ia menggenggamnya "Iya Bibi yang Juni sayang, yang gemes, yang bawel kayak Juliano." Kemudian ia mengecupnya sedikit
Senyum merekah tercipta dibibir Bi Surti, ia sangat menyayangi anak majikan yang menurutnya sangat-sangat menggemaskan. Ia benar - benar menyayangi Juni seperti anak kandungnya sendiri. Dari dulu hingga saat ini, Bi Surti selalu menjembil hidung runcing Juni yang ia penah katakan sebagai seluncuran taman kanak - kanak.
Ketika Bi Surti ingin memegang hidung Juni, Juni menahannya dengan cepat "Biii, jangan kebiasaan deh." Cercanya
Bi Surti sedikit tertawa, "Hehehe. Abis dari Non lahir, Bibi gemes banget sama hidungnya Non. Coba aja, hidung Bibi niru hidung Non ya." Ucapnya sedikit berkhayal
"Hus, udah dikasih sama yang di atas nggak boleh gitu. Bersyukur aja Bi sama nikmat yang udah diberi sama Tuhan." Juni berkata sedikit bijak memberitahu Bi Surti yang posisinya lebih tua dari dirinya
"Eleh eleh si Non, udah bisa membenarkan perkataan yang salah ya sekarang. Diajari Den Juli ya Non?." Tanyanya
Wajah Juni yang tadinya sumringah, tiba - tiba saja sekarang berubah menjadi masam. Apakah ucapan Bi Surti tadi membuat moodnya kembali runtuh, atau memang dengan satu kata yang membuatnya langsung berubah?, sifatnya mulai aneh kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...