Bab 3

2.2K 100 0
                                        


Mereka sudah sampai ditempat yang ingin mereka tuju. Sebenarnya mereka, Juni dan Juli tidak merequest sebuah tempat yang ingin mereka singgahi. Tapi Juli membawa Juni ke tempat yang sering mereka kunjungi.

Rooftop Lucy In The Sky,

Suasana disini benar - benar sangat menganggumkan. Siapa saja yang datang kesini, pasti akan membuka mulutnya lebar - lebar. Mulai dari pintu masuk, sampai diatas pasti akan mencairkan suasana yang semula moodnya berantakan. Entah apa yang membuat mereka sangat sering mengunjungi tempat ini. Mereka pun tak ada bosan - bosannya berkunjung kesini, mulai dari pulang sekolah, weekend, bahkan mereka bertengkar pun mereka menyempatakan egonya disini.

Juni pun sangat berantusias ketika menginjakan kakinya ke tempat ini lagi. Berpuluhan kali kaki yang ia pijakan disini, ia tak pernah merasa bosan. Bahkan pemilik tempat ini pun sudah mengenali mereka, apalagi waiters disini mereka juga sangat tahu apa saja pesanan mereka. Baru saja mereka masuk, sang waiters pun langsung menyapa mereka berdua.

"Jun Jul, seperti biasa kan?." Tanya sang waiters yang bernama Dero Andreas

Juli mengangguk, "Yoi bro, biasa ya diatas."

Dero mengacungkan ibu jarinya dan segera pergi membuat pesanan yang ia tahu pesanan mereka berdua.

Juni dan Juli mulai menaiki anak tangga yang berwarna hitam ini. Terlihat sederhana namun terkesan elegan. Tempat ini tak pernah berubah sedikit pun. Mulai dari cat dinding yang masih bertahan berwarna cokelat bercampur hitam, ranting pohon tua yang dipadukan didinding, peti kayu buah yang masih menjadi tempat duduk, dan garis polisi buatan yang masih Juni sukai ketika bagus buat dijadikan background untuk berfoto.

"Kenapa kita gak foto dulu Jul? Tempat ini juga masih sama, ayo lah." Rengeknya meminta untuk berfoto kepada Juli

Juli yang baru saja menaruh tubuhnya, lengannya sudah ditarik - tarik oleh Juni. Juli pun sangat paham dengan tingkah Juni yang sudah merengek meminta untuk berfoto disana.

"Baru juga dateng Jun, bisa gak sih gak usah tercuap sama background itu. Kalo emang lo mau, nanti dibelakang rumah, dikamar lo, dikamar gue, gue pasangin background kayak gitu."

Setelah itu, Juni pun menaruh tubuhnya secara paksa sehingga menimbulkan decitan kecil dari kursi yang diduduki oleh dirinya. Juni membuang mukanya ke sembarang arah, ia memanyunkan bibirnya. Ia tak mau menatap Juli, ia kesal terhadap Juli.

"Ngambek lagi ngambek lagi, pusing Juli tuh." Ucap Juli menekan suaranya

"Jul Jun, ini pesenannya seperti biasa." Dero, sang waiters datang mengantarkan pesanan biasa yang selalu Juni Juli pesan

"Eh iya Der, taruh aja disitu." Titah Juli

Dero menaruh pesanan mereka, sebelum ia meninggal tempat ini Dero melihat Juni. Ia pun menanyakan kepada Juli dengan bahasa gaul yang mereka pahami.

Dero menunjuk Juni dan menaikan dagunya yang berarti menanyakan 'kenapa'.

Juli pun hanya membalas gelengan kepada Dero, dan Dero pun sangat tahu dengan perilaku mereka berdua. Dero pun meninggalkan mereka berdua untuk kembali bekerja.

Caramel machiato, dan spaghetti kesukaan mereka sudah siap. Juli langsung memakannya tanpa menunggu Juni menyudahi ambekannya.

"Jun enak loh, lo yakin mau diemin makanan kesukaan lo?."

Juni tak mendengarkan Juli, ia terus membuang wajahnya.

"Lewis ku, ayo makan. Nanti nambah kurus loh." Juli terus membujuk Juni

Juli tak mau tinggal diam, ia berdiri dan menghampiri Juni. Ia menggulung spaghetti itu lalu mengarahkan gulungan tersebut ke depan mulut Juni. Juni tidak membuka mulutnya juga. Juli tidak mau menyerah begitu saja, ia harus mau membalikan moodnya kembali kesemula.

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang