Ketiga keluarga yang hendak bersiap - siap, sana - sini direpotkan untuk pergi ke mall dan ke kantor. Seperti yang sudah direncanakan semalam, ketiga keluarga ini begitu sangat berantusias untuk acara tunangan Kakak laki - laki tertua di keluarga Revano Lewis ini. Arkan dan Agatha, minggu yang akan datang mereka akan bertukar cincin dengan resepsi yang sederhana. Sang kepala keluarga, Aiden dan Amzar sudah pergi ke kantor Lazuardi untuk membuat undangan tunangan putra-putrinya. Dika, selaku kepala keluarga Aldebaran, ia bersama Mang Dedi pergi ke kantor untuk mencari wedding organizer yang handal agar acara minggu depan berjalan sampai hari akadnya. Kini, tinggal para Ibu - ibu sosialita sedang merapihkan bajunya untuk bergegas pergi mencari baju kebaya dan mahar.Di sofa yang biasa dihuni oleh dua orang remaja, mereka tampak asik memainkan gadgetnya tanpa bersiap - siap seperti yang lainnya. Juli hanya memakai hoodie putih beserta jeans hitam ditambah Juni yang memakai kaos putih bergaris hitam dipadukan celana yang sama. Pakaian yang mereka kenakan cukup terbilang serupa, hanya berbeda jenisnya saja. Ya beginilah kedua remaja ini, entah mengapa mereka selalu kompak mengenakan pakaian yang tiba - tiba terlihat sama ketika sudah bertemu, padahal mereka tak berjanjian sebelum memakai pakaian. Untung saja setelah mereka memakai pakaian dengan atas bawah serupa, tak ada cekcok untuk meminta menggantinya atau yang lainnya.
"Udah siap semuanya?, Juni Juli, kalian ganti baju sana." Ucap Nadine yang memasukan barang - barang penting ke dalam tasnya
"Ah males Mah, lagian juga bukan kita ya mau cari mahar, ya kan Jun." Balas Juli yang masih memainkan ponselnya
"Iya tuh Mah." Sahut Juni membenarkan ucapan Juli
Nadine yang melihat keduanya, ia hanya menggeleng - gelengkan kepalanya. Entah mengapa, kedua anaknya ini benar - benar sangat serius memainkan gadgetnya.
Mengahampiri kedua anaknya, dan mengambil ponsel mereka secara tiba - tiba "Sementara Mamah ambil, kalian kalau sudah main hape tuh nggak inget kondisi." Cercanya memperingati mereka
Juni mengerucutkan bibirnya, "Ish Mamah mah, yang mau acara kan Bang Arkan, kenapa hape Juni yang kena sasarannya." Cicitnya tak terima
"Iya Mah, Mamahku sayang yang paling cantik sama kayak Mamah Farah, bener tuh apa kata si sayang." Jawab Juli dengan nada cepat
Nadine bertolak pinggang, "Kalian kalau Mamah bilangin, nanti di mall jajan pake uang sendiri, mau?." Ancamnya
"Eh jangan dong, itu kan tadi Juni yang ngomong, masa Juli kena imbasnya juga si Mah. Mamah cantik deh." Katanya memuji Nadine dan tak mau disalahkan
Juni mencubit pinggang Juli, "Rese banget si lo, iya Mah jangan gitu dong. Kan gini - gini, Juni belum bisa menghasilkan uang sendiri, apa Mamah tega?." Sahutnya sambil menunjukan wajah memelas
"Paling bisa kalian tuh ya, yaudah siap - siap gih, ganti bajunya." Pintanya lagi menyuruh mereka untuk mengganti baju
Juni menggela nafas, "Udah kenapa Mah, Juni kayak gini aja. Lagi juga ini formal - formal aja ko, yakan Jul?."
Juli mengangguk, "Betul sekali apa kata sayang."
Juni yang mendengar ucapan Juli barusan, ia mendelikan matanya. Entah mengapa, ingin sekali ia menimpuk Juli dengan gelas yang berada di atas meja. Bukan kenapa - kenapa, ucapan Juli hanya sedikit menjijikan dengan embel - embel 'sayang' seperti itu. Ya sudahlah, memang aneh perempuan yang satu ini, tapi nyatanya memang ada bukan orang yang bertingkah sama ketika diucapkan 'sayang' yang bukan sama kekasihnya sendiri?, ku rasa memang pasti ada.
"Bi Iyem, pintu rumah sudah dikunci kan?." Tanya Farah kepada Bi Iyem yang baru saja mengganti pakaian
Bi Iyem mengangguk, "Sudah Bu, sudah terkunci semua sampai pintu pagar."

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Teen Fiction(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...