Satu minggu setelah kejadian...
Mulai dari kejadian waktu lalu, Juni sudah bersikap biasa - biasa saja. Mulai dari berbicara mendadak irit, tidak banyak bicara, tidak merengek minta sesuatu, mengharapkan seseorang dan bersikap sebagaimana sikap Juni pada biasanya. Orang - orang yang dekat dengan Juni, mereka pun bertanya - tanya mengenai perubahan sikapnya yang terbilang sangat fantastik. Sekarang, Juni berangkat sekolah sendirian. Berangkatnya pun terlihat malas - malasan seperti seseorang tengah demam tinggi. Yang biasanya diantar oleh Arkan, Aiden atau lebih sering berangkat bersama dengan Juli, kini tidak lagi. Ia memilih untuk naik taxi online ketika uang jajannya lebih dari cukup atau naik kopaja ketika uang jajannya pas - pasan. Sebenarnya Juni memang sangat anti ketika naik angkutan yang begitu banyak mengeluarkan asapnnya, seperti kopaja. Tetapi mau bagaimana lagi, itu pun ia biasakan agar sifatnya tidak terlalu memburuki kendaraan beroda empat yang banyak mengeluarkan polusi udara kotor itu.
Hari ini, Juni melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Pukul tujuh kurang sepuluh menit, ia masih duduk di dalam taxi online dengan kedua telinganya terpasang headset. Tampak santai namun tegang, pasalnya sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sementara diperempatan jalan begitu sangat ramai dan menyebabkan kamacetan panjang, sehingga dengan sangat terpaksa Juni menyetop taxi yang ia tumpangi berhenti dipinggir jalan. Setelah membayarnya, Juni turun dan segera bergegas untuk segera sampai di sekolahnya. Benar - benar sangat merugikan dirinya ketika tahu berangkat pukul setengah tujuh lewat itu akan menyebabkan dirinya dicap sebagai siswi terlambat dan akan mendapatkan hukuman yang tak tanggung - tanggung. Leganya, diperempatan jalan ini dengan sekolahnya tidak berjarak terlalu jauh, jadi ia masih bisa sedikit berlari untuk menelusuri jam yang sedikit lagi ingin menuju pukul tujuh pas.
Kring kring kring...
Suara bel masuk berbunyi, Juni yang masih bisa mendengar suara tak asing itu semakin mempercepat lariannya. Sekolah hanya memberi toleransi dengan siswa/i yang terlambat hanya lima menit saja setelah bel tersebut berbunyi. Semakin dekat dengan sekolahnya, akhirnya Juni sampai didepan gerbang bercat hitam ini dengan lewat dua menit, sehingga waktu toleransi untuk ia bisa masuk masih bisa untuk dibukakan pintu gerbang ini.
Krek krek krek
"Pak! Bukain pintunya Pak, Juni mau masuk!." Teriak Juni meminta Pak Dadang selaku penjanga kemanan SMA Cendrawasih untuk segera membuka gerbangnya
Pak Dadang yang baru saja ingin menuju ke pos, ia menoleh ke belakang "Atuh Neng Juni, kenapa suka terlambat begini." Pak Dadang pun berbalik untuk segera membukakan gerbang
Juni mengusap sedikit keringatnya, "Tadi diperempatan jalan, ada rame - rame gitu Pak terus macet, makanya telat."
Setelah Pak Dadang membukakan pintu, ia pun menutupnya kembali "Yaudah cepetan masuk Neng, sebentar lagi Bu Diah mau kesini."
Juni mengangguk, "Iya Pak, makasih ya Pak udah mau bukain pintu buat saya." Katanya sangat berterima kasih kepada Pak Dadang. Setelah itu, ia kembali berlari lagi agar ia tidak ketahuan oleh Bu Diah karena terlambat kesekian kalinya
Pak Dadang yang melihat Juni sudah menjauh, ia menggeleng - gelengkan kepalanya. Ia pun kembali ke pos kemanan yang tadi sempat ia tunda.
Dengan langkah terburu - buru, Juni memutar arah agar tidak melewati ruang bk. Yang biasanya ia melewati ruang itu, kini terpaksa berbelok arah agar Bu Diah tidak menghukumnya lagi dan lagi. Ia terpaksa melewati jalur kanan yang sangat membutuhkan waktu lama untuk segera sampai di kelasnya. Belum ia sempat untuk berbelok, langkahnya dibuat berhenti dengan satu tepukan dipundaknya. Juni gugup untuk menoleh, ia takut seandainya itu Bu Diah yang menghentikan langkahnya dan menyuruhnya untuk segera berdiri di tengah lapangan dengan hormat kepada bendera.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...