Langit yang semula terang benderang dengan sinar matahari begitu menusuk kulit putihnya, kini sudah berganti menjadi sebuah senja yang begitu menakjubkan. Biasanya di taman ini, senja yang paling bagus bila dilihat dengan mata telanjang apalagi dengan ditambah seseorang di sampingnya untuk melihat langit orange ini. Semilir angin sore pun terus berlambai - lambai melewati rambut panjang yang semula diikat kembali tergerai panjang. Sebuah sweater yang melekat ditubuhnya, sudah terlepas dan menjadi gulungan sehingga menimbulkan kucel disetiap lekuk gulungan itu. Satu tangan yang memegang satu buah cup coffe drink, sudah setengah tandas dan mulai mencair para es kotak yang mengapung di dalam cup itu. Pandangannya lurus kedepan, melihat beberapa anak - anak yang tengah bermain sebuah sepeda beroda dua ditambah dua buah roda penyangga agar tidak gampang terjatuh. Sesekali ia tertawa melihat anak - anak itu tengah beradu kayuhannya untuk sampai di garis depan ketika orang tua mereka atau pengasuhnya memberi aba - aba untuk siapa yang menjadi pemenangnya. Ia juga melihat beberapa penjual gulali tengah menawarkan jajanannya kepada anak - anak yang menyukai permen kapas berwarna - warni itu yang mereka jual. Entah mengapa, ia rindu masa kecilnya ketika Kakak laki - lakinya memberikan sebuah permen kapas berukuran besar ketika dirinya berhasil menggowes sepeda tanpa ada bimbingan.
Teringat kejadian masa lalu, Juni merindukan dirinya bersama Juli. Juli yang begitu protektifnya melarang Juni untuk memakan permen kapas setiap kali mereka mengunjungi tempat - tempat seperti ini, dikarenakan gigi susu Juni sering kali merasakan sakit dan harus pergi ke dokter gigi. Ia mempunyai sebuah foto dirinya bersama Juli yang tengah memegang permen kapas kesukaannya, ia pun mengambil ponselnya di dalam tas dan menyingkirkan coffe cupnya di samping. Jarinya menscroll ke atas untuk mencari sebuah kenangan dulu yang diabadikan oleh Papahnya. Ia menemukan satu buah foto masa kecilnya bersama Juli waktu berlibur ke tempat hiburan dengan Juli yang memegang catton candy. Ia terkekeh ketika melihat foto lawas itu dengan dirinya memakai kacamata hitam dan Juli memakai kacamata dengan frame berwarna hijau. Ah rasa - rasa air mata yang tiba - tiba terbendung ingin ia jatuhkan sekarang juga, tapi kondisi ini tidak dapat memungkinkan untuk dirinya meratapi kesedihannya di tempat ramai seperti ini. Cepat - cepat ia mengadah, menahan agar air matanya tidak tumpah begitu saja dan dilihat banyak orang.
"Hai Kakak cantik, sendirian aja nih." Ucap seorang gadis membawa permen kapas di tangannya
Juni menoleh, memberikan senyuman kepada gadis itu "Hei Adik cantik, iya nih hehehe." Balasnya dengan membelai rambut panjangnya
Gadis itu menunjukan deretan gigi putihnya, "Aku boleh duduk bareng Kakak?." Sambungnya meminta izin kepada Juni
"Oh boleh ko, masa iya tempat umum kayak gini Kakak nolak kamu buat duduk disini." Kata Juni mempersilahkan gadis itu duduk dengan membantunya untuk duduk di sebelahnya
Gadis itu tersenyum, "Makasih Kak udah mau bantu aku."
Juni mengangguk, "Sama - sama sayang. Oh iya, nama kamu siapa?." Tanyanya yang begitu menyukai rambut panjang gadis itu dengan terus membelainya
"Nama aku, Gialuna Kak. Tapi Kakak aku sering panggil aku Gia ataupun Luna." Tuturnya memperkenalkan namanya
Juni mengangguk - anggukan kepala, seraya ia tahu untuk memanggil gadis dengan panggilan apa "Yaudah Kakak panggil kamu Gia deh, biar Kakak nggak sama kayak Kakak kamu itu hehehe."
"Kakak mau?." Tawarnya menawarkan permen kapas di tangannya
Juni menggeleng, lalu tersenyum "Nggak usah, udah kamu makan aja biar kenyang."
Gia pun mengangguk, "Kakak cantik ya, kayak barbie yang sering aku tonton ditelevisi bareng Kakak aku." Gia memuji kecantikan Juni, ia pun membuat Juni menyemburkan rona merah dikedua anak pipinya

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Ficção Adolescente(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...