Bab 98

422 30 6
                                        


"Kamu kenapa Ni, tumben mau keluar rumah gini?." Agatha yang tengah menggendong babynya, melihat Juni murung seperti itu, ia bertanya mengenai kedatangan Juni yang mau menjelang malam begini

Juni tidak mau menunjukan ekspresi sedih ataupun bercerita mengenai apa yang baru saja terjadi. Sebelum ia pamit pergi ke rumah Abang dan Kakak iparnya, Juni menulis secarik notes kecil yang ia tempelkan di dinding kulkas.

Juni menuliskan kepergiannya ke rumah Abangnya, dengan tidak terlalu lama apalagi sampai menginap di kediaman ini. Dengan meninggalkan kopi hitam kesukaan Kenzo, Juni melenggang pergi lagi ke dapur dikarenakan Kenzo belum juga mau membukakan pintu untuk dirinya.

"Aku nggak papa, cuma mau main sama baby Juna aja ko Kak." Sembari memainkan ponsel, Juni melihat baby Arjuna—putra pertama dari sang Kakak tengah menguap lebar. Tangannya lantas memegang gemas pipi gembul milik baby Arjuna, "Kak, aku mau gendong dong, boleh nggak?."

Agatha tersenyum lebar seraya menganggukkan kepala, "Boleh dong, nih... Pegang yang betul ya, jangan sampai jatuh." Katanya yang menyerahkan baby Arjuna ke tangan Juni

Juni yang menerima baby gembul ini, ia langsung sumringah dan begitu bahagianya ketika Arjuna tengah menatap dirinya.

"Kak, aku bawa Juna ke depan ya. Sambil jalan - jalan sedikit, siapa tau nanti tidur. Hehehe."

Agatha mengangguk lagi, "Iya, tapi hati - hati ya sayang."

"Siap Kak." Balas Juni yang sudah melenggang pergi keluar kamar Agatha. Disamping Juni menggendong baby Juna, Juni mengedarkan pandangannya ke sekitar hunian rumah Abangnya. Ternyata ada beberapa perubahan ketika Juni terakhir mengunjungi rumah ini

Dari cara setiap sudut rumah, sang Kakak laki - laki menaruh hiasan bunga mati dan juga beberapa vas berukuran mini. Juni sangat terkesima ketika Agatha lebih mengurus rumah ini sendiri—dengan tidak memanggil seorang asisten rumah tangga, seperti dirumah Mamah dan Papahnya.

Terlihat begitu diam, Juni seraya memainkan tangan mungil baby Arjuna dan mengajaknya berbicara sedikit.

"Arjuna sama Tante ya... Arjuna bobo ya, bobo sama Tante ya... Iya, heemm, iya..."  Ucap Juni melogatkan, cara bicaranya seperti anak kecil

Juni berjalan ke arah kamar tamu. Dilihatnya sebentar ruang ini yang jarang sekali dipakai, Juni mengibaskan tempat tidur dengan hati - hati karena satu tangan kirinya memegang baby Arjuna.

Untungnya, seprai yang digunakan di kasur itu masih terlihat baru dipasang, dan akhirnya Juni pun menaruh baby dengan mengelus perutnya. Melirik sebentar kearah jam dinding, ternyata pukul sudah menunjukan malam hari—dimana dirinya masih tenang bermain bersama baby Arjuna.

"Kira - kira Kenzo masih marah sama gue, nggak ya?." Juni menebak, seraya mengambil ponsel yang terletak di dalam saku celananya

Sambil mencari nomor milik Kenzo, Juni terus mengawasi pergerakan baby Arjuna yang belum juga terlelap. Dengan satu tangan aktif menekan tombol keyword, Juni juga mengajak baby Arjuna berbicara agar baby Arjuna tidak merasa sendirian.

Menempelkan benda pipih ke telinga, menunggu jawaban dari sambungan telepon Kenzo, tetapi Juni bukan mendengarkan panggilan tersebut. Ternyata hanya balasan suara operator yang berujar, bahwa saat ini Kenzo tidak bisa dihubungi dengan teleponnya tidak aktif.

"Kenapa sih, demen banget matiin hape gini, heran." Kesal Juni membanting ponselnya ke samping baby Arjuna

Juni sebetulnya bosan, bukannya ia sekarang tengah menikmati kebersamaan bersama dengan Kenzo, tetapi Kenzo datang dengan kondisi yang begitu buruk.

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang