Suasana kebahagiaan masih tersisa di satu hari setelah hari kemarin. Saat ini, seperti biasa, Juni selalu menyibukkan dirinya untuk membersihkan rumah yang ia tempati bersama dengan Kenzo. Senyumannya pun terus tersirat kepada benda - benda, yang sebelumnya ia simpan di kotak besar.
Jika ditanya bahagianya berapa persen, mungkin Juni akan mengatakan seluruhnya 'untuk ia simpan didalam hidupnya ini. Juni memang mengerti mengenai perasaannya untuk Kenzo, apalagi untuk hari ini dan dua hari berikutnya.
Rasanya, umur yang sudah begitu cukup untuknya pun—masih agak terbilang ini semua adalah mimpi paling indah, selama ia memejamkan mata setiap detiknya.
Tetapi, ada satu hal yang membuat Juni mengucapkan banyak terima kasih kepada laki - laki yang sempat menjadi bagian di hidupnya juga.
Dia adalah Juliano. Seseorang yang sempat menjadi kesayangannya Lewis, waktu dulu ia menjalin masa sekolahnya selama bertahun - tahun.
"Orang bilang, kita bakal menjadi pasangan yang selamanya. Tetapi Tuhan belum sepenuhnya setuju untuk itu." Gumamnya pada sebuah bingkai foto yang ia pegang
Juni masih menyimpannya. Sebagai kenangan yang tidak pernah terlupakan, Juli masih berada disisi Juni. Ini adalah kehidupan nyata, dimana Juli selalu ada untuk kesehariannya—ketika kedua orang tua Juni, tidak berada disisinya 'waktu dulu.
Memori baru akan segera tersimpan dengan baik. Juni akan memperkenalkan nama laki - laki ini kepada anak - anaknya nanti, dengan betapa hebatnya sosok Juliano dimata Juni selama ini.
Ketika asik memandang sebuah foto, pintu kamarnya berbunyi. Ada seseorang yang datang untuk berkunjung—atau mungkin, Kenzo yang setiap hari harus menatap wajahnya, tanpa pengecualian sekalipun.
"Pasti Kenzo... Itu anak ampun banget deh, baru juga tadi kesini." Gumamnya sambil menggeleng - gelengkan kepala. Mengarah ke pintu kamarnya, Juni pun membuka pintunya, "Kenzo... Kamu itu kenapa lagi sih. Kan tadi aku udah bilang, aku mau rapihin kamar dul—"
"Gue Juliano, Ni. Bukan Kenzo. Ampun juga deh gue sama ni anak!" Gerutu Juli yang mendadak datang
Tanpa melihat siapa yang datang terlebih dahulu, Juni mengernyitkan dahi seraya bingung, "Ehhh, sori banget nihhh. Iya-udah sini masuk Li, tumben banget mau kesini pagi - pagi."
Juni mempersilahkan Juli masuk. Memang tidak angin tidak ada hujan, Juli datang dengan tiba - tibanya—yang Juni sendiri masih bertanya - tanya untuk kedatangannya di pagi - pagi begini.
Juli yang dipersilahkan masuk oleh Juni, tubuhnya menyambar sebuah kursi yang tata letaknya sendiri begitu sangat pas. Hingga satu tangannya mengambil sebuah bingkai, yang tadi sempat Juni pegang.
Senyumannya pun tersirat tanpa ragu - ragu, "Alhamdulillah, fotonya masih dipajang..."
Juni yang masih membereskan barang - barangnya, ia menoleh kearah Juli yang memegang bingkai hasil dirinya dan juga laki - laki itu. Hanya senyuman kilat dibibirnya, setalah itu Juni melanjutkan aktivitasnya lagi.
Selang puas melihat foto yang ia lihat, Juli bangkit dan melihat - lihat ruangan ini—yang ia tahu ini adalah kamar seorang gadis yang akan segera dipinang nanti.
"Gue udah izin sama Kenzo tadi, untuk hari ini ajak lo pergi ke sesuatu tempat. Gue juga udah izin, sama istri gue. Mereka berdua setuju - setuju aja sama soal ini. Menurut lo gimana, mau?"
Juni yang tengah mengganti springbed, mendadak berhenti karena perkataan Juli barusan. Ia pun menoleh, menghampiri Juli dan menatap matanya begitu fokus, "Mau kemana? Kenzo bilang, jangan terlalu jauh nggak?" Balas Juni yang melayangkan dua buah pertanyaan
![](https://img.wattpad.com/cover/160344418-288-k894079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Jugendliteratur(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...