POV 4
Satu bulan kemudian...
Setelah beberapa hari Juli sudah lebih tenang, kini saatnya ia menjalankan aktivitas seperti biasanya. Menjalankan bersama ketiga teman - temannya, dan berharap mereka akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka masing - masing. Yang tadinya Juli diminta untuk bersekolah lagi, ia menolak keinginan orang tuanya. Ia hanya meminta untuk bekerja di tempat perusahaan Papahnya mencari nafkah. Baginya, Juli ingin membahagiakan kedua orang tuanya plus teman kecilnya yang menurutnya sudah tak ada disisinya lagi. Berusaha tegar menerima kenyataan pahit dengan satu bulan yang lalu, ia mempunyai tekad kuat untuk membahagiakan orang yang terus melihatnya di atas sana.
Sekarang, kehidupannya sudah seratus persen berbeda. Sifat yang semula tidak bisa diam, petakilan, sering minum, dan suka berkhayal, kini tidak lagi. Itu semua seketika berubah menjadi Juliano yang benar - benar irit berbicara. Tak ada lagi yang memainkan Playstation bersama Adriel, Liam maupun Naufal. Tak ada lagi yang membantu Bi Iyem dan Mang Dedi membersihkan halaman depan serta bermain air bersama - sama. Tak ada lagi yang berkunjung ke kediaman rumah keduanya, selain ke rumah terakhir dimana teman kecilnya diistirahatkan.
Bingung, semua orang yang berada disekitarnya dibuat bingung oleh perubahannya secara tiba - tiba. Dengan seorang perempuan yang saat ini sudah resmi menjadi pengganti 'Juniatha', ia pun juga sama. Senyuman manis yang biasanya Juli lontarkan, kini tidak lagi. Ketika ia berhasil dibuat tertawa oleh 'Kyra, hanya senyuman kecil saja yang ia balas untuk perempuan itu. Hari - hari yang biasanya hanya disibukan oleh meminum atau berdiam diri di kamar, kini sudah berbeda. Ia lebih sering berkunjung ke makam untuk mengganti bunga yang sudah layu, dan belajar mengurus bisnis perusahaan Papahnya.
"Saya datang lagi, untuk kamu." Meletakan sebouqet bunga lily di gundukan tanah yang sudah berumput, ia mencium papan nisan itu singkat, "Masih tetap wangi, seperti 'dulu." Sambungnya, ia kembali mengingat aroma wangi yang sering digunakan oleh 'teman kecil'nya
Meraba - raba papan nisan bertuliskan 'Juniatha Revano L' itu, ia pun memberikan senyuman kepadanya, "Kamu lihat saya nggak, saya sudah berjas sekarang. Untuk kamu, saya berusaha keras menjadi seorang Bapak Manajer di perusahaan Papah sekarang."
'Juli udah, perut gue sakit. Jangan kelamaan dikelitin, lo mah bales dendam si sama gue.'
Sekelibat, ia teringat dimana ia tengah bercanda bersama dengan Juni. Bagaimana ia tertawa, bagaimana Juni tertawa, ia mengingatnya sekarang.
'Juli, mau mie ayam Pak Darto, mau seblak bogor Teh Enceu... Bolehin kenapa, saya menginginkan itu semua Julianooo... Boleh ya sayang, boleh yaaa.'
Saat ia dan Juni masih di SMA Cendrawasih, ia mengingat dimana Juni meminta mie ayam Pak Darto, langganan Juni dan seblak bogor Teh Enceu yang Juni beli diam - diam tanpa sepengetahuan dirinya. Ia mengingatnya dimana ketika Juni makan seblak bogor secara diam - diam, ia diberitahu oleh paparazi yang memberitahu dirinya bahwa Juni tengah memakan seblak tanpa sepengetahuan dirinya.
'Kalo gue jadi penulis, lucu kali ya Li. Gue pengen jadi penulis, supaya gue nulis kisah gue sama lo. Nanti dijadiin novel deh kayak kisahnya Nathan sama Salma, Milan sama Damara, Mahesa sama Maudy, Gazza sama Keana, terus Juli sama Juni deh hehehe.'
Ia kembali mengingatnya, dimana Juni menyebutkan nama - nama novel yang sudah dibaca olehnya. Ketika saat itu, Juni berniat untuk menjadi penulis dan mengambil jurusan sastra ketika kuliah. Tetapi Juni juga menginginkan bahwa dirinya akan mengambil jurusan informasi, karena ia ingin bekerja di stasiun pertelevisian seperti Kakaknya 'Arkan. Bagaimana sifat labilnya, bagaimana sifat grasak-grusuk nya, dan bagaimana Juni berkhayal menjadi seorang penulis best seller, itu semua ia mengingatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Ficção Adolescente(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...