Percaya tidak percaya 'kini, jam, menit maupun detik, semuanya secara fakta merekam sebuah objek yang ia lihat secara nyata. Melebihi dugaan hatinya yang selalu terasa tak enak, hari ini, waktu sudah menjawab semua kegelisahannya. Bahkan, air mata pun tak akan mampu untuk membayar sebuah luka yang ia alami saat ini. Terlihat mengesankan namun terlalu sakit untuk diterima, Juni benar - benar seperti seorang yang kehilangan belahan jiwanya sekarang.
Apa ini yang namanya sakit tidak berdarah, 'terkesan lebay tidak?, pasti iya. Tapi mengapa harus terjadi pada dirinya secara bertubi - tubi? Bahkan, ia baru merasakan meninggalkan Juli waktu beberapa bulan yang lalu, tapi sekarang 'mengapa ia yang akan merasakan Juli akan meninggalkannya? Ah rasanya itu semua tidak adil, ketika Tuhan memberikan sebuah hukuman untuknya.
Detik itu, Juni mendengar semuanya. Melihat dengan mata lebarnya, ia melihat beberapa objek di depannya tengah bergembira dengan merundingkan acara formal untuk seseorang yang begitu sangat ia sayangi. Mereka semua terlihat sangat bergembira, sangat - sangat bergembira. Tidak ada keraguan sedikit pun dari salah satu orang yang berada disana, mereka semua nampak serius membicarakan hal yang akan mereka tugaskan nantinya.
"Sudah - sudah, kalian ini. Kita lagi sibuk bahas pertunangan kalian, kalian malah asik berantem."
Ucapan itu, Juni masih jelas memikirkannya. Tidak ada alasan utama mengenai apa yang tengah mereka bicarakan, dan dirinya, tidak diberitahu sedikitpun mengenai hal itu. Apa salahnya? Mengapa semua orang begitu tega 'dengan tidak memberitahu perihal itu.
"Abang, kesayangan saya..." Mengelus sebuah bingkai yang menampilkan dirinya dengan Juli, ia tidak bisa melepaskan bingkai ini dari genggaman tangannya
"Kenapa kamu tega sama saya? Kenapa kamu nggak bilang sama saya mengenai hal ini, apa salah saya Bang?..."
Satu hal yang tidak dapat disimpulkan, mengenai masalah ini, pihak keluarganya tidak ada yang bisa menghubungi Juni mengenai Juli akan bertunangan dengan Kyra. Jangankan pihak keluarganya, orang tua sendiri saja mereka tidak memberitahu mengenai persoalan ini. Yang Juni tahu ialah, kedua orang tuanya tengah menjalankan tugas kerjanya dan tidak bisa pulang lebih awal. Tapi mengapa setelah ia lihat, kedua orang tuanya disana ikut dan bergabung bersama keluarga Juli beserta keluarga Kyra? Sangat aneh bukan.
Menatap sebuah foto lawas, dimana Papahnya sangat menyukai memotret setiap pertumbuhan dirinya maupun Juli. Sebuah bingkai cokelat tua, menunjukan dua bocah kecil yang tengah tersenyum manis disana, Juni terus mengelusnya dan sesekali ia mengecupnya dalam - dalam.
"Juni sayang Juli, Atha sayang Ano, dan saya... -Saya sangat sayang Kamu 'Aldebaran." Seketika tangisannya buyar. Seakan - akan air mata ini tak mau bertahan lebih lama, ia pun semakin terisak dengan air mata yang tiba - tiba turun dengan derasnya
"Kenapa kamu jahat sama saya! Kenapa kamu jahat sama saya Aldebarannn!!!..." Teriaknya pun menggema ke setiap penjuru kamar ini. Emosi yang awalnya tidak ada, kini menyembur keluar setelah ia pendam
Menatap foto yang ia pegang kembali, lagi - lagi suara itu menguasai pikirannnya.
"Sudah - sudah, kalian ini. Kita lagi sibuk bahas pertunangan kalian, kalian malah asik berantem."
"ARGH!."
Prang
Bingkai yang ia pegang, kini sudah berantakan disudut ruangan. Ia melempar bingkai tersebut ke dinding, dan menyebarkan serpihan kaca kemana - mana. Memeluk ke dua kakinya, tangisannya pun menyeruak kembali.
Tok tok tok
Pintu kamar ini berbunyi. Seseorang mengutuknya dari luar, dan sepertinya ingin bertemu dengannya. Tapi siapa kah di luar sana, apa itu Juli bersama dengan Kyra yang akan meminta dirinya untuk tidak mengurung diri dikamar? Tidak, ia tidak akan membukanya kalau memang di luar sana mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...