Bab 4

1.9K 86 0
                                        

Langit telah merubah warnanya. Senja kali ini membuat mereka menghabiskan waktu hanya berdua. Angin mengikuti arah mereka yang sedang terhanyut di tempat ini. Sejak dulu, mereka tak melupakan tempat ini, tempat yang mereka sering kunjungi setiap liburan. Tempat ini memang tidak sebagus tempat lain, tetapi tempat ini menjadi momentum bagi keduanya. Setiap saat mereka mengunjungi tempat ini, mereka sudah sangat berantusias ketika melihat ayunan kayu yang sudah rapuh masih bertahan disana. Memang benda ini menjadi incaran mereka ketika mereka datang. Padahal usia mereka sudah dikatakan tidak layak untuk menaiki benda ini yang sudah dikatakan 'rusak'.

Taman Spathodea,

Taman bermain, bersantai, atau yang lainnya, merupakan taman menjadi pusat pertama dibenak mereka. Sudah berpuluh kali mereka mengunjungi taman ini, tapi tak ada bosan - bosannya mereka berpijak di tempat ini. Apapun kondisi mereka ketika sudah berada disini, segala kondisi yang sedang mereka rasakan langsung seketika terhanyut seperti terbawa oleh air yang mengalir sangat deras. Di tempat ini ketika sore hari, suasana berubah seperti disulap yang secara mendadak. Bila berada disini sore hari, anak - anak, orang tua, dan para remaja yang sedang bermadu kasih langsung berkeliaran di tempat ini. Memang sungguh indah tempat ini ketika sudah menjelang sore hari. Mulai dari jam empat sore hingga malam hari, tempat ini tak pernah sepi. Para pedagang juga turut ikut serta disini, mereka segera menjajarkan dagangannya.

Juli melihat Juni yang tengah memperhatika anak - anak yang sedang bermain ayunan kayu disana, "Jun, kenapa?." Tanyanya bingung

Juni menoleh sedikit dan kembali lagi memperhatikan anak - anak itu, "Mereka enak ya Jul, masa bermain mereka masih ditemani sama orang tuanya." Ucapnya sendu

"Terus kenapa?." Lanjut Juli kembali bertanya

Menghembuskan nafas beratnya, Juni langsung menatap Juli "Sebelumnya lo pernah tau Jul kondisi gue yang dari dulu suka ditinggal Papah Mamah ke luar kota. Mereka gak pernah ada waktu buat gue. Andai waktu bisa berputar ke masa lalu, gue pengen seperti mereka yang bisa ditemani sama orang tuanya Jul."

Juli mengusap lembut rambut panjang Juni yang terurai, "Kenapa ngomong gitu?. Mamah Farah selalu temani lo kok waktu lo kecil."

"Sebelum gue ada dirahim Mamah gue, kenapa gue gak adanya dirahim Mamah Farah aja?. Gue terlalu asing Jul bagi mereka. Sampe - sampe gue iri sama Abang gue sendiri. Gue lihat dialbum foto, kebanyakan foto Abang yang mereka potret ketimbang foto gue Jul." Juni menunduk, ia tak mau bersedih di tempat umum ini

Juli menarik kepala Juni untuk dibawa kepelukannya, "Udah ah jangan sedih. Kalo misalkan adanya di Mamah Farah, mungkin kita kembar ya Jun hehe." Juli berbicara asal agar Juni tidak terbawa suasana

Juni mendongak, menyentil hidung mancung Juli "Ngomongnya ngawur ya."

Juli tertawa

Memang ditempat ini segala perilaku cara yang Juli buat, Juni langsung baik seperti semula. Memang paling bisa Juli membuat mood Juni kembali seperti awal. Dari dulu hingga sekarang, Juli lah yang selalu menenangkan Juni ketika ada masalah. Serumit masalah Juni, Juli pasti bisa menenangkannya dan mengembalikan sifat Juni ke semula.

"Mau pulang?." Juli bertanya

Juni mengangguk

Mereka pun kembali ke dalam mobil, sudah sangat sore mereka disini. Pulang ke rumah sekarang, dan beristirahat.

"Sebelum pulang, mau kemana lagi? Mumpung masih jam segini, gue juga gak mau besok - besok ke luar rumah buat nganterin lo ke toko buku. Waktunya gue istirahat." Ujar Juli panjang sambil memasang seat belt

"Serah, gue bisa anter yang lain kalo lo gak mau nganter gue. Gampang, gak usah dibawa ribet." Jawabnya ketus sambil memainkan ponselnya

"Ngambek, nanti ngadu sama Mamah Farah." Juli meledeknya, kurang kerjaan memang kalau Juni sedang kesal ia selalu meledeknya

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang