Bab 76

647 48 8
                                    


Terkadang, orang yang sudah bertahun - tahun bersama, Tuhan akan memberikan sebuah takdir untuk tidak bersama. Seperti halnya daun yang tumbuh subur, ketika lama kelamaan, ia akan gugur dan ditiup angin sehingga pergi ke sembarang tempat. Apa yang telah ia rasakan setiap harinya, moment itu terus merekam 'dimana perbuatan - perbuatannya akan mengulang dengan sebuah kenangan yang sekelibat melintas dibenak pikirannya.

Sekarang, waktu sudah berubah. Sebuah opini yang ia buat diam - diam, kini berubah menjadi fakta menarik 'yang membuat dirinya memilih untuk melepaskan seseorang yang dulu bersama dirinya setiap saat. Bahkan ia tidak habis pikir, jalan mana yang akan ia tempuh ketika menghadap masa depan nanti. Melihat senja pun, ia tidak berani untuk menangis. Mulai dari kemarin, ia sudah berkomitmen pada hatinya. Dimana ia akan berusaha dengan semampunya untuk membalas perasaan laki - laki lain, yang mencintainya dari masa SMA.

Awalnya, ia ragu untuk mengatakan itu semua. Tapi, seiring berjalannya waktu, ucapannya akan membuktikan 'bahwa hatinya masih bisa untuk melepaskan bahkan, mencintai dan menyayangi laki - laki yang mencintainya. Ini semua, ia sudah memikirkannya matang - matang. Entah akan berlangsung lama, ia akan tetap yakin dengan apa yang ia katakan kepada laki - laki bertubuh tinggi itu.

"Kamu tau, apa masalah terbesar dalam keseharian aku?." Tanya laki - laki ini 'yang begitu senang memainkan pipi gembul perempuannya

Perempuan yang tengah memainkan ponselnya, ia menoleh sedikit, "Apa?."

"Masalah terbesarnya 'yaitu, kamu masih aja berharap untuk perasaan laki - laki itu, yang jelas - jelas dia nggak respect sedikitpun sama kamu."

Dengan refleks, perempuan ini menatapnya penuh keheranan.

"–Dan itu, membuat aku sakit hati setiap hari." Lanjutnya

Perempuan ini menggeleng - gelengkan kepalanya. Menebak sebuah jawaban selanjutnya, ternyata laki - laki yang berada disebelahnya 'membuat hatinya sedikit geli mendengarkan ucapannya tadi.

"Narsis banget si kamu, jadi pengen gigit."

"Mau digigit? Nih, –kamu mau pilih yang mana, silahkan gigit sesuka kamu. Aku ikhlas dunia akhirat deh." Balasnya, yang menyodorkan wajahnya mendekat ke arah perempuan di sampingnya

"Ihhh nggak, cuma bercandaaa."

Setidaknya, sebuah hubungan yang baru - baru mereka jalani ini, mudah - mudahan saja akan berjalan dengan baik. Memang belum ada kalimat yang menyatakan, bahwa: kamu mau, jadi pacar saya? –tetapi setidaknya, kedua remaja ini saling mengasihi dengan hati yang benar - benar tulus.

Kalian mengira ini apa, 'sebuah hubungan tanpa status dan menyebabkan satu pihak, akan merasakan sakit hati? Rasanya itu tidak. Pasti kalian sudah mengetahui, bagaimana jawaban dari pihak pertama kepada pihak kedua kan, dan itulah jawaban kedua hati mereka. Tidak perlu ada kejelasan, yang terpenting, mereka sudah menjalankan 'sebagaimana orang menjalankan sebuah hubungan dengan hati yang sama - sama saling percaya.

"JUNI –KENZO! KITA DATENG!." Teriak dari sesepuh geng datang

"JUNI, KITA JUGA DATENG!." Mereka, teman - teman tim basket Kenzo datang ke rumah Juni yang dibarengi oleh teman - teman Juni yang ikut datang juga

Juniatha dan Kenzo. Kedua remaja yang sedang asik mengobrol, tiba - tiba didatangi oleh komplotan tetangga lain dan mengganggu dirinya. Komplotan yang terbilang rese dan suka pengganggu, membuat Kenzo terus membuang nafas beratnya.

"Ngapain pake dateng kesini si, bocah rese ganggu aja." Dumel Kenzo diam - diam

Juni yang masih bisa mendengarkan gerutunya Kenzo, ia mencubit kecil pinggang Kenzo, "Apaansih kamu, malah seru ada mereka. Nggak boleh gitu ah, sama temen sendiri juga."

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang