Bab 38

725 35 0
                                        


Waktunya weekend,

Juni yang masih tak ingin pergi kemana - mana, Juli memaksanya untuk pergi ke luar rumah. Bagaikan orang yang masih dalam keadaan mengantuk, Juli memaksanya untuk tetap bangun dengan kondisi mata yang belum terbuka sempurna. Saat ini, Juli mengajak Juni untuk pergi ke kedai yang sering mereka kunjungi. Sebenarnya sengaja Juli mengajaknya kesini, ia hanya ingin mengajaknya weekend ke tempat ini karena moodnya yang dari kemarin setelah pulang dari acara Kakak laki - lakinya, Juni terus mengurung diri di kamar dan tak mau makan. Sebab itu Juli mengajaknya kesini untuk makan pasta kesukaan Juni sendiri. Reaksi yang ditunjukan oleh Juni sendiri pun tak ada yang berubah, wajah yang terus ditekuk membuat Juli semakin bingung. Diam - diam ia mengambil ponselnya dan memotret wajah Juni yang sama sekali tak nafsu untuk makan. Juni yang tidak sadar dirinya sedang dipotret, Juli hanya tertawa cekikikan pelan - pelan. Untung saja sebelum Juni melihatnya tengah memotret, Juli pun buru - buru meletakan kembali ponselnya di atas meja.

Apa reaksi kalian bila dipaksa ke tempat umum yang banyak menjajarkan makanan tetapi mood dalam keadaan tidak baik dan tak ingin mengisi perut?, pasti merasa jengkel bukan. Sama seperti Juni saat ini, ia terus dipaksa oleh Juli pergi ke berbagai kedai maupun restoran untuk dirinya mengisi perut saja. Menurut kalian aneh bukan Juli seperti ini, sampai - sampai ia harus mengajak Juni pergi ke berbagai kedai dan restoran hanya untuk Juni mengisi perutnya saja?, memang cukup aneh dan cukup unik juga orang yang satu ini. Menurutnya, apapun kemauan Juni sekarang, ia akan menurutinya apapun yang Juni inginkan. Apalagi persoalan makanan, bila Juni mau makan pasta yang dipesan sampai habis, Juli akan menurutinya kemana pun yang Juni inginkan. Ia terus mengawasi gerak - gerik Juni yang menggulung pasta, ketika gulungan pasta itu sudah berhasil menjadi gumpalan, Juli sedikit geram karena Juni belum juga mengarahkannya ke mulutnya. Ia hanya memutar - mutarnya saja, kemungkinan untuk memakan hanya beberapa persen dan kemungkinan untuk tidak dimakan benar - benar sekitar sembilan puluh persen.

"Ni makan kenapa, jangan cuma digulung - gulung aja." Juli terus memintanya untuk segera dimakan

Juni diam, ia terus menggulung pasta itu

Menghela nafas, "Kalo lo makan pasta itu sampe abis, jangan sampe abis deh, sampe setengah, lo boleh minta apa aja sama gue." Katanya memberi sebuah permintaan apapun untuk teman kecilnya

Juni meletakan garpu tersebut, menatap Juli dengan tatapan sinis "Kalo gue minta cuma Abang gue, apa lo bisa?." Jawabnya ketus

Juli skakmat. Ia bingung dengan permintaan yang satu ini, menggaruk - garuk tengkuknya yang tak terasa gatal "Gimana ya." Cicitnya ragu

Juni memutar bola matanya malas, "Gue nggak butuh apa - apa, gue cuma pengen Bang Arkan tinggal di rumah sama Kak Aga dan nggak pengen mereka tinggal di rumah baru, itu aja." Sambungnya lagi

Juli mengusap wajahnya gusar. Bagaimana pun permintaan Juni yang satu ini, Juli sendiri merasa bingung dan tak tau harus berbuat apa. Ia juga tak ingin menghalang - halangi Arkan dan Agatha untuk mendiami rumah baru nantinya, tapi ia juga tak ingin teman kecilnya merasa tak mempunyai tiang untuk berdiri sendiri. Ia juga sangat mengetahui Juni kepada Kakak laki - lakinya seperti apa, peribahasa bilang: bagaikan air di daun talas. Juni tanpa Kakak laki - lakinya seperti kehilangan pegang hidup, yang seperti air ditaruh di daun talas, akan terpisah. Entah kenapa, Juni tanpa Kakaknya itu seperti ia kehilangan Papahnya yang setiap harinya jarang ada di rumahnya sama seperti Mamahnya. Satu - satu harapannya ialah Kakak laki - lakinya yang belum masuk kedalam perusahaan yang Arkan inginkan. Ia sangat berterima kasih kepada Kakaknya, karena setelah kelulusan dan sidang ujiannya telah berakhir Juni ada teman bermain dan menjaganya ketika Mamah Papahnya sedang tak ada di rumahnya.

"Gimana rasanya orang yang dekat sama lo tiba - tiba beberapa hari lagi pergi dari kehidupan lo." Tiba - tiba saja Juni berkata seperti ini kepada Juli

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang