Bab 19

880 51 0
                                        


Remang - remang ia membuka matanya, rasa pusing dikepalanya juga masih terasa. Ia memegang keningnya yang terasa sakit akibat kena benturan bola voli tadi. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan. Bau khas ruangan ini mulai menyebar sampai ke tulang hidungnya. Ia melihat seseorang yang tengah berbicara dengan penjaga ruangan, siapa lagi kalau bukan seorang Aldebaran. Juni pun menggerakan tubuhnya, ia menyenderkan punggungnya ke arah dinding. Memejamkan matanya agar rasa pusing segera hilang dari kepalanya.

Dari arah sana, Juli beserta penjaga ruang unit kesehatan siswa berjalan menghampiri Juni. Ia memegang kepalanya sebentar, kemudian menoleh ke arah samping yang sudah terdapat Juli dan juga penjaga ruangan ini. Juli tersenyum, ia mengelus kepala Juni sambil menyentuh kening Juni yang masih terlihat agak memerah.

"Masih pusing nggak?." Tanyanya sangat manis

Juni menggeleng

"Mau pulang atau lanjut belajar?." Ia bertanya lagi

"Belajar aja." Balas Juni lemas

Juni menurunkan kedua kakinya dengan dibantu oleh Juli. Setelah ia sudah berdiri, Juli membantunya untuk berjalan ke arah kelas mereka. Sebelum itu, Juli hendak berpamit untuk kembali ke kelasnya kepada penjaga ruangan ini.

"Makasih ya, saya sama Juni pamit dulu ke kelas." Ia berpamit kepada wanita tidak terlalu tua dihadapannya

Wanita ini mengangguk, "Iya sama - sama. Nanti sampai di rumah, kalau seandainya kepala Juni masih terasa nyeri, kompres aja pakai air dingin ya." Pesannya kepada Juli yang masih memperhatikannya berbicara

"Baik, sekali lagi terima kasih ya Bu." Ucapnya sekali lagi

Wanita itu kembali mengagguk

Setelah Juli sudah berpamit kepada wanita itu, Juli memapah Juni untuk berjalan lurus dengan jarak yang lumayan jauh dari kelasnya. Ruang UKS ini terdapat disisi antara Mushola dan Aula, maka dari itu mereka harus berjalan lurus dan berbelok kiri untuk segera sampai di kelasnya. Juli melihat Juni yang masih terlihat sangat pucat, ia tidak tega dengan Juni harus menaiki anak tangga untuk sampai di kelasnya.

"Mau digendong nggak?." Ia menawarkan punggungnya kepada Juni

Juni menggeleng, "Nggak usah, lagi juga gue cuma kena bola doang bukan ketabrak truk Jul." Katanya datar

Juli memanyunkan bibirnya, "Lo ngomong apa sih, niat gue kan baik mau nolongin. Ko malah ngomong kayak gitu, sakit deh Abang dengernya." Tuturnya menjijikan sambil memegang dadanya

Juni mendelikan matanya, ia tidak mau mendengarkan celotehan Juli yang tidak jelas asal usulnya. Daripada ia hanya mendengar ucapan Juli yang sangat menjijikan seperti tadi, ia pun melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga ini. Ia berjalan mendahului Juli, Juli yang tersadar akan tidak ada keberadaan Juni di sampingnya, ia pun menyusuli Juni dengan langkah cepat.

Untung saja ruang kelasnya berjarak dekat dengan tangga. Hanya butuh melewati ruang kelas XII B, kelasnya berada tepat di samping kelas tersebut.

Juni mengetuk pintu kelasnya,

Tok tok tok

"Permisi Pak, maaf saya baru sempat masuk di jam terakhir." Ucap Juni kepada guru Bahasa Indonesia, Pak Agra Danuansyah

Pak Agra menangguk, "Silahkan duduk." Balasnya mempersilahkan Juni duduk di kursinya

"Misi Pak, maaf saya juga terlambat masuk." Sambung Juli setelah Juni sudah duduk di kursinya

"Ya, duduk." Sambung Pak Agra datar

Setelah Juni dan Juli sudah kembali ke kelasnya dan mengikuti mata pelajaran yang tersisa waktu sedikit lagi, kini Juni langsung menidurkan kepalanya dengan bantalan menggunakan tas sekolahnya. Ia menatap Lyanna yang tengah asik menulis sebuah catatan dibukunya. Juni memejamkan matanya sebentar, rasa pusingnya kembali menjalar dikepalanya.

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang