Juni's P.O.VSaat acara anniversarry,
Juni yang sudah mengambil sepiring nasi untuknya, kini ia mencari tempat duduk untuknya. Dengan terus mencari tempat duduk, ia berhasil melihat tempat duduk yang kosong di sebrang sana. Ternyata ada sebuah kursi panjang di dekat pohon besar yang telah didekor dengan tali warna - warni ditambah lampu - lampu dan disertai foto - foto lawas orang tua Juli. Ia pun berjalan menuju kursi itu dengan kedua tangan memegang makanan dan minuman. Baru beberapa langkah ia berjalan menuju tempat itu, langkahnya terpaksa dihentikan. Dugaan hatinya benar. Ia melihat seseorang yang dulu menjadi penengah diantara dirinya dengan Juli. Sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Benar - benar tidak percaya, apa dirinya tengah bermimpi sekarang atau memang takdir baru ingin menyadarkannya dari tidurnya?, tidak, semuanya tidak ada yang benar. Kakinya terasa lemas, tangannya begitu gemetar memegang kedua benda yang ingin ia nikmati. Seketika pandangannya buyar, tapi ia tahan, ia tak boleh pingsan disini.
Langkahnya sedikit mundur, "Nggak, ini pasti mimpi. Juli, disana..." Ucapnya dengan bibir yang tiba - tiba gemetar
Kepalanya terasa pening, belum lagi ia merasakan hal yang membuat perutnya terus berkocok disana. Maaghnya benar - benar sudah membeludak sedari tadi. Bibir ranum yang semula terpoles liptint, perlahan - lahan mulai terganti oleh warna pudar. Benar - benar tidak bisa tertahankan kali ini. Matanya juga berkaca - kaca, ingin rasanya air mata ini ia keluarkan di tempat ini, tetapi tidak untuk sekarang. Disekelilingnya banyak orang yang tengah makan dengan pandangan melihat kesekitar. Ia takut menjadi pusat para tamu undangan Mamah Papahnya, ia juga tidak mau memalukan hal ini dengan air mata basinya. Ia juga merasakan ada lahar panas yang keluar dari hidungnya, mengusapnya dengan ibu jarinya dan segera pergi dari sini. Sebelum itu, ia sempat melihat Naufal yang tengah memperhatikannya. Dan tak mau lama - lama agar semakin banyak orang yang memperhatikannya, ia langsung pergi dengan makanan yang sudah terjatuh di tanah.
Menyeludup pergi dari tempat ini, ia tidak memberitahu tentang kepergiannya yang tiba - tiba kepada keluarganya. Ia takut keluarga akan mengetahui dengan sebuah noda merah yang keluar dari lubang hidungnya. Demi kelancaran dirinya, ia melewati samping agar orang - orang yang berada di dalam tidak memergokinya. Satu tangannya terus terjaga agar noda merah yang keluar dari hidungnya tidak terus keluar, dan satu tangan kirinya terus mengusap air mata yang tak ada henti - hentinya menetes begitu saja.
Brugh
Ia menabrak seseorang di depannya, "Maaf maaf nggak sengaja."
"Nggak papa ko Mb-, Non Juni!." Sempat tenang, seketika langsung berteriak ketika melihat seseorang yang menabraknya
Juni mendongak, "Bi Surti." Balasnya begitu lega ketika melihat seseorang yang ia tabrak ternyata asisten rumah tangga Mamahnya
"Non, Non kenapa nangis." Tanya Bi Surti bingung
Juni menggeleng, "Nggak papa Bi, Juni pulang duluan ya Bi. Oh iya, Bibi jangan bilang sama yang lain ya soal Juni pulang diem - diem gini ya." Balasnya sedikit memohon
Bi Surti mengerutkan keningnya, "Tapi kenapa Non, dan- hidung Non kenapa ditutup gitu? Sebenarnya Non kenapa, jangan buat Bibi panik Non."
Juni nampak menimang - nimang sebelum bilang kepada Bi Surti, Gue nggak tega bohongin Bi Surti kayak gini, tapi mau gimana lagi, gue udah kepergok sama Bi Surti. Apa gue bilang aja ya sama Bibi, lagi juga Bi Surti orangnya bakal ngejaga rahasia ini. Ah, yaudah deh terpaksa. Batinnya
Dengan terpaksa, perlahan - lahan Juni melepaskan tangannya yang terus menutupi hidungnya.
"Ya ampun Non, itu darah." Bi Surti berteriak panik

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA JUNI & JULI [END]
Novela Juvenil(mohon maaf jika penulisan nama JUNI / JULI, masih suka ketuker ya)... Semua telah usai. Dari awal hingga akhir, perjalan kisah cinta ini memang tidak untuk disatukan. Bila kalian ingin mengingat, jangan dipersamakan dengan pembuka kata, untuk peman...