Bab 12

1.1K 66 0
                                    


Malam berganti dengan pagi, bulan berganti dengan matahari. Cahaya yang masuk ke celah gordyn menembus sampai ke wajah mulus perempuan yang masih menutup matanya. Ia menggeliat ketika pantulan cahaya mengenai dirinya. Bangun, merentangkan tangannya lebar - lebar, menghirup udara yang masih fresh lalu membuangnya perlahan - lahan. Menyibakkan selimut biru besar yang membungkus tubuhnya, ia pun bangun dan beranjak menuju jendela. Membuka gordyn lebar - lebar, dan menghirup udara segar lagi. Setelah itu, ia membuka jendela itu agar udara pagi hari ini masuk ke ruangannya. Ia sangat menyukai udara pagi yang belum tercampurkan dengan hal yang lainnya. Seusai itu, ia membalikkan badan dan melihat seseorang yang ia kenal tidur di karpet merah. Menghampiri sosok laki - laki itu, membelai rambut hitamnya dan mengusap pipi disertai cubitan kecil. Wajah yang sering ia lihat itu, menjadi acuan dipagi hari ketika ia masih tertidur seperti saat ini. Juni sangat menyukai Juli ketika Juli masih tertidur.

Ia pun sering memotret Juli ketika Juli masih tertidur seperti ini, kadang juga ia memvideokan Juli kalau Juli tertidur dengan suara mendengkurnya. Benar - benar mencari masalah bukan tingkah laku Juni yang sering membuat Juli marah kepada dirinya. Apalagi ketika Juni mengupload foto beserta video Juli ke media sosialnya. Pernah Juli marah kepada Juni selama dua hari lantaran Juni berbuat seperti itu, alhasil Juni meminta maaf dan menraktir Juli sepuasnya. Mau tidak mau, Juni harus menerima resiko yang ia perbuat kepada Juli. Uang simpanannya harus terkuras gara - gara Juli meminta makan sepuasnya di cafe yang sering ia kunjungi.

Juni terus membelai Juli, menarik hidung runcingnya sedikit serta memainkan pipi Juli. Untung saja ia memberikan selimut kepada Juli sebelum ia tertidur karena insomnianya. Ia tidak mau bertidak adil, ia tidur diatas, dan Juli tidur dibawah. Ia memakai selimut sedangkan Juli tidak. Maka dari itu, seusai Juli sudah menenangkan Juni yang sangat takut dengan petir, ia memberikan Juli selimut sebelum ia tidur terlebih dulu.

"Juli." Panggilnya

Juli menggeliat

"Bangun yuk, udah pagi." Lanjutnya

"Ngghhh." Juli berdesis

Juni menarik tangan Juli, "Ayo bangun yuk, jangan siang - siang ah bangunnya."

"Nghh bentar lagi ah." Katanya parau

Juni menggelengkan kepalanya, Juli tetap tidak mau bangun dengan cara yang baik. Juni juga kesal, ia sudah membangunkan dirinya dengan cara yang baik tapi Juli tetap tidak mau bangun. Apa ia harus membangunkannya dengan cara yang tidak baik dan Juli baru mau bangun? Tetapi, Juni juga tidak tega memperlakukan dengan tidak baik terhadapnya.

"Ini anak maunya gimana si, baik salah, buruk juga nggak tega. Serba salah kan jadinya." Gumamnya sambil bertolak pinggang

Ia memikirkan sesuatu, "Gimana caranyanya biar dia bangun coba." Memberi jeda, "Diakan pikirannya kotor banget, gue juga jijik banget gituinnya." Sambungnya lagi

Juni benar - benar bingung, harus dengan cara apa untuk membangunkan Juli super kebo ini. Tiba - tiba saja ide terbelesit dibenaknya.

"Yakali gue ngelakuin itu, yang ada dia yang enak." Gumamnya lagi

Mau tidak mau, ya ia harus mau, itu juga ia lakukan dengan sangat terpaksa.

Membuang nafasnya kasar, "Bener - bener ya Aldebaran." Ia menjeda, mendekatkan wajahnya ke wajah Juli, ia mencium pipi Juli berulang kali "Tetep nggak mau bangun juga hm?."

Juli menarik sudut bibirnya, membuka matanya dan menampilkan deretan giginya.

Tidak lucu bukan Juli bertingkah seperti ini? Aneh, memang. Teriaki saja pikiran mesumnya seperti tadi. Juni benar - benar kesal terhadapnya karena dengan cara seperti ini, Juli baru mau membuka matanya.

CERITA JUNI & JULI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang