12. Malam Perpisahan

1.8K 193 111
                                    




"jadi gimana keadaan nenek?" tanya Una ketika Jeki naik ke kasur

Pria itu tidak lantas menjawab, hanya menepuk kasur di sebelahnya, memberi kode pada istrinya untuk mendekat, Una pun menurut. Wajah Jeki kelihatan sangat lelah, apa jangan-jangan terjadi sesuatu yang serius dengan neneknya. Una jadi khawatir dan menyesal karena tidak bisa datang ke Rumah Sakit sore tadi.

"Jek ada apa? Nenek sakit serius?"

Jeki menatap istrinya lamat-lamat, bukan penyakit neneknya yang menjadi beban pikirannya, tapi kepergian Una besok yang membuatnya sedih.

"nenek nggak apa-apa, tadi tuh Cuma acting supaya Jimi mau maafin semua kesalahan dia?"

"hah? Maksudnya?"

"kamu tahu kan hubungan Jimi sama nenek dan keluarga nggak baik. Cuma nenek gengsi buat minta maaf langsung, makanya dia bikin drama ini"

Una mengernyit bingung, bisa-bisanya penyakit dijadikan mainan.

"ya meskipun emang nenek beneran lagi sakit juga, tapi nggak serius. Intinya dia mau Jimi yang dateng sendiri nemuin dia, nah setelah itu mereka baikan."

"terus tanggapan saudara kamu yang lain gimana? Bukannya mereka nggak suka sama Jimi juga?"

"ya mereka langsung pada ramah gitu, ya biasalah pada caper buat dapet warisan. Soalnya nenek sempet bilang Jimi yang bakal nerusin perusahaan kakek"

"ihh kok bisa? Aku penasaran deh gimana caranya Jimi bisa luluhin hati nenek kamu"

Jeki membenarkan posisi duduknya, menjadi bersandar di kepala ranjang.

"kamu tahu, Jimi itu laki-laki yang paling pinter meluluhkan hati wanita."

"owh ya? Tapi dia susah juga tuh buat dapetin Seje"

"berarti temen kamu itu cewek normal hahaha"

"Jeki ihhh serius" Una mencubit pinggang suaminya gemas, dan jeki hanya menggeliat, mengaduh pelan sambil tertawa.

"Sebenci-bencinya Jimi sama nenek, dia nggak pernah lupa buat kasih kado setiap nenek ulang tahun. Ya meskipun ngasihnya lewat tangan mamah aku, kemana pun dia pergi Jimi nggak pernah lupa buat beliin nenek oleh-oleh. Pokoknya dia nggak pernah lupa sama keluarganya meskipun dari kecil keberadaannya selalu di lupakan"

"tapi sekarang keluarganya udah baik-baik aja kan, apalagi sekarang nenek kamu juga udah baik sama Jimi"

Jeki mengendikan bahunya acuh.

"entahlah, kita doakan aja yang terbaik buat Jimi, masalahnya Ibu tirinya masih nggak mau nerima dia, bahkan semakin benci waktu tahu nenek mau nyerahin perusahaan kakek ke Jimi"

"tapi aku juga bingung kenapa harus Jimi yang dipilih, kenapa nggak papah atau om kamu yang lain aja? Ya maksud aku, apa mereka setuju juga? aku takut Jimi malah diserang karena perebutan kekuasaan gitu loh Jek"

Jeki terkekeh lalu menggeleng pelan, sepertinya Una sedikit berlebihan.

"ya nggak lah lagian semua anak kakek udah punya perusahaannya sendiri, nah perusahaan kakek yang sekarang di pegang sama nenek, tapi nenek kan udah tua jadi dia butuh orang yang bisa dipercaya buat nerusin usaha kakek, dan aku setuju kalo itu jatuh ke Jimi. Prestasi Jimi di dunia bisnis itu emang nggak usah diragukan lagi, bisnis aku bisa sebesar ini juga berkat bantuan dia"

"emmm gitu, jadi bisnis kamu bisa besar gini karena Jimi" Una mengangguk-angguk paham.

"yah bisa dibilang gitu"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang