47. Haruskah

1.6K 243 338
                                    

Jeki telah berhasil mendaratkan kakinya di Changi Airport Singapura. Sepulang dari Amerika ia langsung meluncur ke Singapura untuk menemui istrinya.

Setelah chek in hotel, Jeki langsung bergegas, ke rumah sakit. Lelah yang mendera tak lagi menjadi penghalang, pria itu terus melangkah pasti menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Hingga sampailah ia di depan ruang ICU.

Lewat celah kaca kecil, Jeki bisa melihat istrinya yang tertidur menunduk di sisi ayahnya.

Kamu pasti lelah ya. Bisiknya lirih.

Tangannya mengayun meraih handle pintu, membukanya secara perlahan agar tak menimbulkan suara barang sedikitpun. Ia hanya tak ingin mengganggu tidur cantik istrinya.

Pelan-pelan Jeki mengangkat tubuh mungil itu, membaringkannya ke atas sofa supaya lebih nyaman. Sedang dirinya duduk termenung di lantai. Matanya fokus menatap pada satu wajah yang kini tertidur pulas.

Cantik, begitu Jeki memujinya, entahlah rasanya tidak pernah bosan menatap wajah cantik itu, meski lingkaran hitam dibawah matanya semakin kentara, namun wanitanya tetap cantik seperti biasa.

Rasa kantuk mulai mendera, seiring hening yang kian terasa, waktu menunjukan pukul 1 malam waktu setempat. Pantas saja matanya mulai tak bersahabat, ingin rasanya tertidur, namun Jeki takut ketika ia membuka mata, Una akan menghilang dari pandangannya. Terlalu takut untuk kehilangan, namun ia juga tidak bisa memaksa jikalau istrinya tak ingin berada di sisinya lagi.

Entahlah memikirkan perpisahan hanya membuat dadanya berdenyut nyeri. Sakit, tapi tak berdarah, rasanya sesak seperti tercekik, namun tak ada siapapun yang bisa menolongnya. Hanya bisa berdoa pada Tuhan, semoga mimpi buruk itu tidak pernah menjadi kenyataan.

___oOo___

Matahari pagi menyorot tajam, merambat masuk melalui celah-celah udara. Gorden kamar masih tertutup rapat, namun cahaya mentari membuatnya terasa menyilaukan. Una membuka mata perlahan, merasa asing dengan atmosfer yang berada di sekitarnya.

"perasaan semalem aku tidur di samping ayah, kenapa sekarang ada di sofa" gumamnya sambil mengucek mata persis seperti balita baru bangun tidur.

"Good Morning" sapa Jeki yang datang dengan membawa sekantung makanan cepat saji kesukaan Una.

"kamu, kapan ada disini?" kaget Una

"semalem"

Pria tampan itu lantas duduk di samping istrinya, lalu dengan telaten membuka satu persatu makanan yang ia bawa dan menaruhnya di meja.

"kamu suka burger kan, nih aku beliin, tuh kurang baik apa akumah, pagi-pagi udah siapin sarapan, suami mana lagi yang bisa begini Na. Aku mah paket lengkap, udah ganteng, mapan, perhatian lagi" candaan di pagi hari yang lumayan fresh, namun Una hanya tersenyum tipis.

"jadi nggak ikhlas nih,  kamu beliin aku makanan gini biar dipuji gitu"

"ikhlas kok ikhlas, hehe yaudah makan dulu nih burgernya nanti dingin nggak enak lembek"

Jeki menyerahkan burgernya, Una mengambilnya lalu ia taruh lagi ke meja.

"kamu ngapain kesini lagi? Emang kak Agus belum kasih suratnya ke kamu?"

Senyum jeki luntur seketika, "harus ya kita bahas soal ini pagi-pagi, aku dari Amerika langsung kesini buat jenguk ayah sama kamu. Nggak bisa kamu kasih aku pelukan selamat datang dulu Na?"

"aku cuci muka dulu, habis itu kita bicara di luar" Una beranjak dari tempatnya, namun Jeki menahan tangannya

"setidaknya habisin dulu sarapan kamu"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang