52. Takut

1.5K 225 99
                                    

"Ayahhh" panggil Una riang setelah balik dari makan siang, ia buru-buru kembali untuk menemui ayahnya dan menunjukkan foto hasil USG ke tangan ayahnya.

"jangan teriak-teriak Una, kamu tuh sudah mau punya anak, tapi kelakuan masih kaya bocah SD" cibir kak Agus yang sudah duduk di Sofa

"loh kok ada kak Agus, kapan sampe?" tanya Una sembari melepaskan pelukannya

"tadi jam 12, kebetulan habis ketemu sama klien di sekitar sini jadi sekalian mampir, tapi kayaknya aku harus balik lagi ke kantor," pria pucat itu beranjak dari kursinya, menaruh korannya diatas meja, lalu berjalan mendekati sang ayah.

"aku pamit ya yah, mungkin malam ini nggak bisa nemenin juga karena harus siapin materi buat rapat besok" ujarnya dengan wajah sedih, namun sang ayah mengangguk mengerti lalu tersenyum bangga, seraya menepuk pelan bahu Agus.

"terima kasih ya Nak, ayah serahin segalanya sama kamu"

Agus mengangguk hormat, lalu mencium tangan sang ayah "aku pergi ya yah assalamualikum"

"waalaikumsalam"

"jagain ayah, maaf aku nggak bisa nemenin kamu jaga malam ini" pria itu menatap Una penuh rasa bersalah

"nggak apa-apa, tadi Seje bilang dia mau kesini kok, mungkin aku bisa minta tolong dia buat nemenin aku jagain ayah"

Agus tersenyum lega "baguslah kalo gitu, aku tenang, salam buat ponakanku ya" katanya seraya mengusak rambut adiknya sayang.

Una mengangguk lantas tersenyum "iyah om, hati-hati ya!!" ketiganya lalu tertawa bersama

___oOo___

"haduh macetnya ya ampun, gila mau berteleportasi aja gue rasanya" keluh Seje saat dirinya tiba di sebuh resto, sambil melemparkan tasnya di meja dan mengipas-ngipas wajahnya. Kemudian duduk tepat didepan wanita yang masih sibuk mengaduk-aduk jusnya

"Sory ya na lo pasti nunggu lama" katanya merasa bersalah, namun wanita di depannya tak merespon sama sekali.

"Una Woi!" Seje menggebrak meja untuk menyadarkan wanita itu

Una berjengit kaget lantas mendongak, "loh Je, kapan lo sampe?" tanyanya bingung

"makanya kalo beli jus itu diminum bukan dipelototin aja, sini lah mending gue yang minum" tanpa ragu Seje menarik gelas itu lalu meneguknya hingga tinggal setengah.

"ahhhh, segernya" ujarnya lega

"haus Buk! habis nguli dimana emangnya?" tanya Una setelah Seje meletakan gelasnya kembali

"macet banget Na, bau asep, debu dan kotoran bikin gue haus"

Una hanya terkekeh pelan, "namanya juga Jakarta kalo nggak macet nggak seru"

"bodo ah, gue laper" gadis manis itu mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan.

Seje sibuk memilih makanan, matanya terus menelusuri menu yang tertera disana. Yah malam ini gadis itu sengaja mengajak Una makan malam bersama, dengan dalih rindu. Sebab rasanya sudah lama sekali ia tidak makan bersama sahabatnya itu.

Awalnya Seje bilang ia rindu masakan Una, namun karena wanita itu masih harus menjaga ayahnya di rumah sakit, Una jadi tidak sempat untuk memasak. Akhirnya disinilah mereka, di sebuah resto berjarak 500 meter dari Rumah sakit tempat sang ayah dirawat. Diner berdua dengan berbagai hidangan pasta yang menggugah selera.

"ayah apa kabar Na?" Seje bertanya sebelum mulutnya sibuk mengunyah spagheti bolognise favoritnya.

"baik, tapi gue kepikiran sesuatu Je"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang