54. Pulang

1.5K 242 236
                                    

Kalian boleh marah sama aku
Kalian juga boleh hujat aku tapi jangan benci karyaku ya.
Plisss dukung terus book ini apapun yang terjadi. Promise me?

Happy reading guys

_____________TRUE LOVE_____________

Una baru saja menutup gorden kamar ayahnya, karena hari telah petang dan malam akan segera datang. Tiba-tiba saja  ayah memanggilnya dan menyuruhnya berbaring di sisinya.

"ayah kenapa? Tumben manja" ujarnya sambil menaiki ranjang dan berbaring tepat disisi ayahnya

"ayah Cuma mau peluk kamu aja, selama ini kan kamu dihegemoni suamimu"

Una tertawa mendengarnya dan sedikit merasa bersalah "maaf ya ayah, habis ayah kan bilang mau cepet-cepet punya cucu, makanya Una kelonan terus sama mas Jeki, nih hasilnya" Una mengelus perutnya yang mulai buncit, menciptakan gelak tawa sang ayah.

"owh iyah ngomong-ngomong suamimu dimana? kok ayah nggak pernah liat dia kesini"

Hati Una seperti dipelintir oleh pertanyaan dan kenyataan pahit tentang keberadaan suaminya yang tak kunjung mendapat titik terang. Ingin rasanya menangis dan mengadu namun di depan sang ayah Una harus selalu tersenyum bukan.

"jeki lagi sibuk yah, dia diluar negeri sekarang, ada bisnis yang nggak bisa dia tinggalin. Una nggak mau ganggu dulu, kasian nanti dia kepikiran lagi, jadi biarin aja dia fokus sama kerjaannya, kalo udah nggak sibuk, Jeki pasti hubungin Una kok" Una terpaksa berbohong

"emm yasudah tidak apa-apa, ayah senang karena semangat suamimu itu memang tidak ada duanya. Tapi Na rumah tanggamu baik-baik saja kan?"

"baik yah, udah jangan banyak pikiran, mending ayah tidur yuk, kata dokter ayah harus banyak istirahat kalo drop lagi nanti nggak bisa pulang loh" Una mencoba mengalihkan perhatian ayahnya, sebab kalau terlalu lama membahas Jeki, bisa-bisa pertahanannya runtuh.

"una" tiba-tiba saja nada suara ayah berubah serius, tangan-tangan kurusnya yang masih dibebat selang infus, bergerak meraih tangan lembut putrinya, mengusapnya pelan lalu tersenyum lebar. Matanya hanya fokus menatap wajah putri kecilnya yang kini sudah bertumbuh dewasa.

"terima kasih, sudah menjadi anak baik, ayah bangga sama Una," ucapnya tulus, dibelainya kepala sang anak, memberikan rasa damai di hati Una. Sudah lama sekali mereka tidak bercengkrama seperti ini, rasanya rindu sekali.

"Una juga bangga sama Ayah, karena ayah udah berjuang sejauh ini buat sembuh. Una nggak bisa bayangin kalo sampe ayah pergi ninggalin Una, jujur Una takut banget yah."

Ayahnya hanya mengulas senyum tipis, sedang tangannya masih setia mengelus rambut putrinya "setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan setiap yang bernyawa pasti akan mati, begitu juga ayah, kamu, dan semua manusia di dunia ini. Tubuh ini hanya titipan sayang dan akan kembali pada penciptanya"

"iyah tapi jangan sekarang perginya Una belum siap"

"kematian itu bukan hal yang bisa diatur oleh manusia, semua sudah ditentukan, siap tidak siap ya harus siap. Makanya persiapkanlah dari sekarang, kalo ayah pergi, kamu harus ikhlas, kalo kamu nggak ikhlas nanti ayah yang tersiksa disana, kamu nggak mau kan kalo ayah disiksa"

"tau ahh udah Una nggak mau bahas lagi, kita tidur aja yuk, besok kan ayah harus pulang"

"apapun yang terjadi, Una harus tegar, Una harus bahagia, ayah lebih suka liat Una senyum daripada menangis. Apalagi sekarang kamu sudah mau jadi Ibu, kamu harus jadi contoh yang baik buat anak-anakmu nanti."

"ya makanya Ayah harus sembuh, karena ayah masih harus ajarin Una buat jadi ibu yang baik" lirih Una dengan mata berkaca-kaca

"ayah percaya kamu bisa jadi ibu yang baik walau tanpa bantuan ayah, kamu itu wanita kuat"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang