35. Bring Me Go

1.9K 268 255
                                    

"Tuhan jika memang ini takdirku maka aku terima dengan ikhlas, aku tahu bahwa jalanmu lah yang terbaik, namun berikanlah aku kebahagiaan lain agar aku bisa kekuar dari semua penderitaan ini. Berikanlah petunjukmu ya Tuhan agar aku bisa segera terbebas dari rasa sakit ini." ucapnya memohon.

Matanya terpejam dan tangannya saling bertaut berharap Tuhan bisa mengabulkan doanya segera. Tepat ketika matanya terbuka tiba-tiba saja ia melihat Viki sudah berada disampingnya.

bukannya dia bilang mau tunggu di luar. Batin gadis itu berbisik

Tatapannya masih terpaku pada sosok disampingnya. Apa yang dilakukan pria itu sama persis dengan yang ia lakukan tadi. Mata terpejam dengan tangan saling bertaut layaknya orang yang sedang berdoa dengan khusyuk.

Namun jika dipandang dari samping wajah pria itu terlihat begitu sempurna. Jika dipandang-pandang pria disampingnya sangat tampan rupanya.

Kenapa dia baru sadar, selama ini kemana saja?, di tengah rasa kagumnya, tiba-tiba saja mata itu terbuka, membuat sang gadis lantas memalingkan wajah.

Matanya meliar mengalihkan pandangan, namun pria itu bisa melihat kegugupan di wajahnya, ahh dan jangan lupakan pipi gadis itu yang tiba-tiba merona.

"kamu kenapa? sakiit ya? kepalamu pusing?" alih-alih menangkap basah gadisnya yang malu-malu pria itu justru merasa khawatir.

"nggak kok, aku baik-baik aja?"

"serius? itu kok pipinya merah, beneran nggak apa-apa" tanpa aba-aba pria itu menyentuh kening sang gadis dan menangkup pipinya memastikan sekali lagi bahwa gadis itu baik-baik saja atau tidak.

Sialnya pipi gadis itu bukannya membaik justru semakin memerah saat mata pria itu menatap tepat ke iris matanya. Buru-buru gadis itu menghindar.

"aku nggak apa-apa, kamu nggak jadi tunggu di luar?"

Pria itu menggeleng "nggak, karena setelah aku pikir lagi, ngapain nunggu di luar, mending aku ikutan doa. Iyah kan?" senyum kotak terbit di wajahnya

"emm gitu, kamu doa apa tadi khusyuk banget"

"rahasia dong, kalo kamu tahu perbincangan aku sama Tuhan kamu pasti langsung jatuh cinta sama aku"

"aww" Sheren memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit

"Ren kamu kenapa? hei Sheren kamu kenapa?" tanya Viki cemas lalu menuntunnya untuk duduk di kursi jemaat.

Sheren masih terpejam sambil memegangi kepalanya. Ingatan masa lalu bersama Viki tiba-tiba muncul bertubi-tubi, terlalu banyak hingga membuat kepalanya sakit.

"Kita harus ke RS sekarang" titahnya tegas, ia mencoba menarik lengan gadis itu namun Sheren menahannya

"aku nggak apa-apa, kita disini sebentar lagi plisss" pintaya memohon, membuat Viki menyerah

"yaudah aku ambil peralatanku sama obat kamu dulu ya, tunggu sini dan jangan kemana-mana"

Pria itu berlari secepat mungkin menuju parkiran, tidak ada lima menit dia sudah kembali. Sheren terlihat lebih baik, kepalanya tidak sesakit tadi, namun matanya masih bengkak dan tekanan darahnya juga sedikit menurun. Viki masih memeriksa dengan teliti, sedang Sheren memilih untuk memperhatikan pria di depannya.

"kenapa sih kamu baik banget sama aku?" tanyanya tiba-tiba

"emang harus ada alasan untuk berbuat baik?" Viki malah balik bertanya sambil memeriksa denyut nadi pasiennya.

"masalahnya kamu baik sama aku itu dari kecil sampai sekarang, nggak pernah berubah dan nggak berkurang sedikitpun"

Deg,

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang