Bonus Chapter 2

2.1K 178 274
                                    


Pagi hari kondisi Una sudah lebih baik, calon ibu itu kini memilih untuk menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di taman. Kata orang, wanita yang akan melahirkan harus banyak jalan supaya bayinya cepat keluar.

“udah yuk Na, kamu udah jalan daritadi nanti kelelahan lagi” ajak Jeki yang sejak tadi khawatir melihat istrinya berjalan sambil memegang perut buncitnya dengan wajah meringis sakit.

Meski berkali-kali Una memastikan dirinya baik-baik saja, namun hati Jeki sungguh tidak tenang.

Setelah cukup lama berjalan-jalan Una pun duduk di salah satu bangku taman di temani Jeki yang duduk di sisinya.

“Jek, kalo misal aku nggak kuat, tolong buat keputusan yang tepat dan utamakan keselamatan anak kita ya”

“tuh kan kamu mah ngomongnya aneh-aneh terus, males aku mah sama kamu” Jeki menangkup wajah istrinya “denger ya, kalian berdua itu kuat, kalian akan sehat-sehat aja aku pastikan itu. Paham”

Una hanya bisa memejamkan mata saat material lembut itu menyentuh keningnya dalam dan penuh kehangatan.

“sekarang balik ke kamar yah?”

Una hanya mengangguk, dan membiarkan Jeki membantunya untuk beralih duduk di kursi roda. Awalnya Una ingin berjalan saja, namun lagi-lagi Jeki menentangnya.

Pria itu kelewat protective memang, tapi Una mencoba maklum karena ini adalah pengalaman baru untuk mereka. Kelahiran anak pertama memang menjadi moment paling mendebarkan untuk pasangan baru.

Setelah memastikan istrinya duduk dengan nyaman, Jeki  mendorong kursi roda itu hati-hati. Selama perjalanan mereka sibuk bercanda dan berdiskusi soal nama bayi.

Di depan kamar tempat Una dirawat rupanya sudah berkumpul keluarga Jeki, dan teman-temannya, tak lupa Seje dan ibunya juga datang menjenguk. Una tersenyum bahagia melihat kehadiran mereka semua.

“awww, sshhh aduh sakit Jek”

“kamu kenapa?”

“perut aku sakit banget, aduh”

“Jim tolong panggil dokter gue bawa Una dulu ke dalem”

Jimi mengangguk dan segera pergi di temani Seje, Jeki buru-buru membawa istrinya ke dalam, membaringkannya ke atas kasur. Una terus mengaduh kesakitan, tangan Jeki sudah habis dirematnya, membuat pria itu semakin panik.

Tak lama kemudian dokter datang, “kecuali suami, mohon yang lain tunggu di luar dulu ya?” pinta dokter sopan, membuat seluruh keluarga bubar barisan.

Dokter Sindi memeriksa pasiennya dengan seksama “sudah pembukaan 8 ya Bu,  babynya udah mau keluar nih, Bu Una yakin mau lahir normal”

Dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya Una mengangguk mantap.

“caesar aja deh dok, aku nggak mau ambil resiko” interupsi Jeki, yang sudah tidak kuat melihat istrinya kesakitan.

“Nggak mau akhh, pokoknya normal aja dok, sshhh”

“Una plisss”

“aku yang mau lahiran jadi terserah aku” bentak Una dan Jeki hanya bisa memejam pasrah.

Dokter Sindi bingung sendiri melihat perdebatan suami istri di depannya “Sus siapin ruangan bersalin sekarang” Suster disampinggnya mengangguk dan segera pergi.

“Bu Una tahan sebentar ya, setelah ruangan siap kita akan mulai proses persalinannya, atur nafas dulu aja sama doa terus ya Bu, semoga semuanya lancar”

Una hanya mengangguk, tidak kuat untuk berbicara banyak, perutnya sungguh luar biasa  sakit. Tidak pernah Una merasa sesakit ini sebelumnya.

Setelah kepergian dokter Sindi Jeki masih mencoba membujuk istrinya untuk memilih jalur operasi, namun lagi-lagi Una menggeleng. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menguatkan istrinya.

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang