Selama perjalanan pulang, Seje benar-benar gelisah, hatinya sungguh tidak tenang. Bahkan sesampainya di rumah, gadis itu tidak kunjung turun dari mobil kekasihnya."kamu nggak mau turun Shel?" tanya Ibunya,
"nggak ah Bu, ibu aja yang turun, Seje mau balik aja ke rumah Una"
"sayang, una butuh waktu sendiri, Ibu tahu banget perasaan dia gimana, dulu kamu juga gitu kan waktu ayahmu pergi. Sudah hari ini kita biarkan dulu Una sendiri, kalau besok Una masih murung baru kamu kesana"
"nggak Bu, pokoknya hati Seje nggak bakal tenang sebelum balik kesana"
"Ibu bener Sayang, kita harus kasih waktu buat Una, pasti nggak mudah buat dia nerima kenyataan ini"
"perasaanku nggak enak Bee, kita balik yuk ke rumah Una, kamu mau nganterin aku kan bee"
"ta..tapi"
"yaudah kalo kamu nggak mau nganterin, biar aku naik taxi aja deh" katanya sambil merengut sebal dan bersiap untuk membuka seatbeltnya, namun Jimi buru-buru menahannya.
"nggak gitu juga dong Yang"
"ya abis kamu nggak jelas, jadi mau nganterin atau nggak"
"sudah Jim, kamu anterin aja dia, Ibu tunggu rumah, kalian hati-hati ya" sahut si Ibu yang sudah hafal watak anak semata wayangnya. Seje itu keras kepala, kalau sudah maunya itu ya harus itu.
"Iyah Bu," jawab Jimi pasrah
Mobil Jimi berlalu pergi setelah sang ibu calon mertua masuk ke dalam rumah.
___oOo___
Gerbang rumah keluarga Alfandi langsung terbuka saat Jimi membunyikan klakson mobilnya. Karangan bunga yang masih berjajar di halaman depan, menghadirkan suasana duka yang begitu kental. Seje langsung keluar dari mobil dan berlari masuk, suasana sepi kembali menyambut.
"Una, na lo dimana?" panggil Seje tak sabaran
Melihat kekasihnya berlarian kesana-kemari Jimi memilih untuk bertanya pada mang Damar, supir pribadi keluarga Alfandi yang tadi membukakan gerbang untuknya.
"Una kemana ya Pak, kok di dalem sepi?"
"tadi sih ada den,"
"terus Kak Agus dimana?"
"tadi juga ada, Cuma nggak tau ini pada kemana, kalo non Una mungkin di kamarnya, kalo mas Agus saya kurang tahu, sepulang dari makam saya jaga depan soalnya, tapi setau saya mereka nggak ada keluar rumah"
"owh yaudah makasih ya Pak"
"sama-sama Den"
Jimi memutuskan untuk masuk kembali dan menunggu di ruang keluarga, hingga tak lama Seje muncul dari lantai dua.
"gimana ada?" tanya Jimi
"nggak ada, Una nggak ada di kamarnya" jawab seje mulai panik
Bersamaan dengan itu, Bi Inah datang menghampirii mereka.
"ah kebetulan ada bibi, Una dimana Bi?"
"itu dia non, untung non Seje kesini, bantuin bibi yuk Non, sejak pulang dari makam non Una ngurung dirinya di kamar Bapak. Dari siang si non belum makan, kasian bayinya Non"
"yaudah mana makanannya, sini aku yang bujukin"
Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama menuju kamar almarhum Ayah Fandi. Disana Seje juga melihat kak Agus yang mengetuk-ngetuk pintu sambil membujuk Una supaya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)
FanficCINTA Sejati tidak pernah benar-benar pergi, dia akan menemukan jalannya kembali.