59. Mrs Always Right

2K 264 185
                                    

Selama perjalanan pulang tidak ada yang bicara sama sekali, Jeki sibuk memikirkan ucapan Seje dan Una memilih pura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan Jeki. Pria itu tahu bahwa wanitanya tengah menghindar dan iapun tak ingin memaksa sebab Una memegang kuasa penuh atas segala tindakannya. Entah ia akan bercerita atau tidak biarlah itu menjadi haknya.

Satu hal yang Jeki sesalkan, ia tidak pernah ada disamping Una ketika wanita itu terpuruk. Tidak bisa memeluknya, mengusap punggungnya, mendengarkan segala keluh kesahnya, dan melontarkan kalimat-kalimat manis pun bijak untuk mendukungnya. Meski diapun sama tersiksanya disana, namun Jeki tetap merasa Una lebih membutuhkan dirinya lebih dari siapa pun.

Membayangkan wanita itu mengalami masa morning sicknes tanpanya, menginginkan hal-hal aneh di tengah malam, pergi ke dokter kandungan dan tidur sendiri di kamar ini, bagaimana Una bisa melewati semua itu?. Keresahan yang berkecamuk di dalam batin dan pikirannya benar-benar menyiksa.

Banyak hal yang mereka lewatkan dan begitu banyak cerita yang ingin disampaikan, namun Jeki bingung harus memulainya darimana. Jangankan diajak bicara, memandangnya pun mungkin Una sudah malas, lalu apa yang harus ia lakukan?

Tiba-tiba taxy yang membawa mereka pun berhenti tepat di sebuah rumah mewah dibilangan jakarta selatan. Jeki terpekur sejenak, memandang bangunan kokoh berlantai tiga yang sudah lima bulan ia tinggalkan. Meski ia pergi masih dalam hitungan bulan namun rasanya seperti sudah seabad.

"sayang bangun udah sampe" jeki mengguncang bahu istrinya pelan, Una menyingkap kelopak mata lantas menguap lebar. Rupanya wanita itu ketiduran.

"owh udah sampe ya, yaudah" gumamnya lalu reflek membuka pintu mobil

"ehh, jangan turun dulu"

"kenapa?"

"tunggu disini sebentar"

Jeki segera turun dari mobil setelah membayar ongkos taxy, setelah itu ia berlari ke arah berlawanan, lalu membuka pintu mobil untuk istrinya. Ia mengulurkan tangan hendak membantu ibu hamil itu turun, dan Una menyambutnya hangat sebab kandungannya yang mulai besar membuatnya kesulitan bergerak. Hatinya tersentuh, dan pipinya menghangat, wanita mana yang tak senang jika diperlakukan semanis ini.

"kamu masih kuat jalan nggak?"

"masih kok, lagian kalo aku nggak kuat jalan emangnya kamu bisa gendong? Wong badan aku udah berat gini mana kuat kamu"

"ya setidaknya aku bisa papah kamu jalan"

"nggak usah makasih" katanya terlampau datar membuat nyali Jeki semakin ciut.

Wanita hamil itu berjalan gontai, meninggalkan jeki yang masih termenung di depan pagar dengan senyum lebarnya. Tak pernah ia merasa sebahagia ini ketika pulang ke rumah, dan hal yang paling membuatnya bahagia adalah ketika dia pulang rumah ini tidak kosong. Ada Una Istrinya, kekasihnya, belahan jiwanya yang memilih untuk tetap tinggal untuk menunggunya pulang.

Si Jeki kenapa sih, dia masih inget rumahnya kan? apa jangan-jangan dia amnesia. Pikir Una ketika melihat suaminya hanya diam di depan pagar sambil memandang rumah mereka lamat-lamat.

"mau sampe kapan kamu disitu, nggak mau masuk?"

Suara nyaring istrinya membuyarkan lamunan Jeki, lantas menoleh melihat istrinya yang sudah menunggu di depan pintu dengan tatapan bingung. Segera ia mengambil langkah untuk menyusul istrinya.

"kamu nggak amnesia kan Jek?" tanya Una khawatir terlihat jelas dari guratan dikeningnya.

Jeki terkekeh lalu menggeleng pelan "nggak, aku baik-baik aja kok"

"terus ngapain kamu ngeliatin rumah kaya gitu, aku pikir kamu udah lupa"

"ya nggak mungkin lah Na, daripada harus lupain kamu, aku lebih milih mati aja"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang