51. Speechless

1.5K 228 178
                                    

Jimi tidak menaruh sedikitpun rasa curiga ketika Jeki secara resmi mengangkatnya sebagai wakil direktur di perusahaan. Bahkan pria sepeka Jimi pun tidak mampu menangkap gelagat aneh saat Jeki pamit untuk berlibur. Jimi pikir bosnya itu hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia sempat mengira berlibur yang Jeki maksud adalah untuk menemani istrinya di Singapura.

Tak pernah menyangka bahwa dibalik kata berlibur ada masalah yang tersembunyi. Ia baru menyadari itu ketika Una menelponnya sambil menangis tersedu-sedu. Bertanya lirih, apakah Jimi tahu dimana suaminya berada? Sayangnya pria mungil bermata sipit ini sama sekali tidak tahu.

Jimi sudah berusaha sebisa mungkin untuk mencari Jeki, mulai dari menghubungi teman-temannya, hingga menyewa detektif profesional, namun sampai saat ini ia belum juga menemukan titik terang. Tidak hanya Jimi, Aming dan Yugo pun masih melakukan pencarian, dari pihak keluarga Jeki sendiri, sudah mencoba untuk mencari namun hasilnya sama saja. Jeki terlalu pintar bersembunyi. Entah ada apa dibalik semua ini, yang jelas pria itu membuat semua orang cemas.

Jimi tak pernah mempersalahkan kepergian Jeki, namun yang ia khawatirkan adalah kondisi mental Una. Seje bilang Una jadi lebih sering melamun sekarang, tak jarang Seje bahkan memergoki Una sedang menangis. Jimi khawatir itu akan berpengaruh pada kondisi kehamilan Una. Sebab dokter bilang tingkat stress yang berlebihan bisa mengganggu kesehatan janin, dan Jimi tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada calon keponakannya.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Jimi, ia melirik sekilas lantas mengangkat panggilan itu.

"Halo, Ming lo dimana?"

"Iyah ini gue udah di jalan mau jemput Una, Seje pasti udah bilang sama lo kan, kalo dia nggak bisa nganter Una periksa kandungan makanya gue yang disuruh gantiin, dan lo jadi neror gue karena itu kan hmm"

"haha, abisnya gue takut lo masih tidur, yaudah kalo gitu gue lanjut kerja ya, jagain bini orang baik-baik"

"lyah bawel lo"

"hati-hati ming, jangan ngebut, kasian ponakan gue bisa shock nanti"

"iyah Jim iyah, bawel lo bantet, gue lagi nyetir nih, ngomongnya jangan lama-lama"

"yaudah hati-hati"

"hmm, gue tutup ya, assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

Sejak kepergian Jeki, ketiga sahabatnya jadi lebih peduli dan protektif pada Una. Sebab sebelum pergi, Jeki pernah berpesan pada mereka, ketika dia tidak ada atau sedang berada jauh dari istrinya. Ia memberikan mandat pada ketiga sahabatnya untuk membantu dan menjaga istrinya.

___oOo___

Aming sudah sampai di rumah nyonya majikannya, pria itu berjalan mendekati pintu lantas menekan bel yang tersedia disana. Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok mungil nan cantik dengan balutan dress lengan panjang berwarna biru langit.

Cantik, kalau Jeki lihat, dia pasti nggak berhenti muji-muji istrinya. Lihat saja Aming, bahkan untuk mengedip barang sedetikpun rasanya rugi. Tuhan menciptakan mata untuk melihat yang indah-indah men. Batinnya membela.

"udah siap?" Aming mencoba berbasa-basi

"udah yuk" Una menutup pintu lalu melangkah menuju mobil

Dengan cepat Aming membukakan pintu untuk Una, menutupnya kembali lalu berlari memutar ke kursi pengemudi. Ia selalu merasa akward ketika mengantatr Una seorang diri. Sebab wanita itu lebih banyak diam, jadi dirinya harus lebih inisiatif untuk membuka obrolan.

"hari ini jadwal ceknya jam berapa Na?"

"owh jam 9 sih, ini kan baru jam 8 jadi santai aja ya Ming. Eh iya Aming udah sarapan?"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang