17. Decision

1.6K 206 220
                                    


Pagi ini Viki terbangun ketika mencium aroma masakan dari arah dapur. Aromanya tidak terlalu sedap namun mampu membuat perutnya berbunyi. Ia pun lantas bangkit dan melangkah gontai sambil sesekali menguap lebar.

Sesampainya di dapur, Viki sempat tak percaya bahkan ia mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa gadis yang tengah berdiri di depan kompor adalah bidadarinya.

"Hei princess, kamu masak?"

Gadis itu berjengit kaget lantas menoleh sambil tersenyum.

"kamu udah bangun," katanya sambil meletakan sepiring nasi goreng di atas meja makan.

Viki masih diam di tempatnya memandangi hidangan di atas meja yang menurutnya luar biasa.

"jangan diliatin terus, ayo duduk. Aku tahu mungkin bentuknya aneh atau mungkin rasanya juga aneh, tapi Cuma ini yang bisa aku masak buat sarapan kamu. Maaf ya hihi" gadis itu terkekeh malu

Viki akhirnya mendekat, menarik satu kursi di depan gadis itu lalu duduk disana "kok Cuma satu, buat kamu mana?"

"owh aku udah sarapan roti tadi,"

Viki tersenyum, lalu mulai menyantap hidangan di depannya. Rasanya mungkin tidak seenak buatan abang nasi goreng di pinggir jalan, namun moment ini yang membuat Viki bahagia sampai menitikan airmata. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kembali mencicipi masakan Sheren.

"gimana rasanya aneh ya?"

Viki hanya diam, ia masih terjebak dalam nostalgia masa-masa kecil mereka. Dimana Viki seringkali sarapan dan makan bersama. Sejak kecil Sheren tidak pandai memasak, bahkan kadang rasanya sangat aneh, namun Viki selalu menghabiskan semuanya demi menyenangkan hati gadis itu.

"hiksss" satu isakan lolos dari mulut Viki, membuat Sheren merasa cemas. Jangan-jangan masakannya terlalu aneh hingga membuat Viki menangis.

"udah nggak usah dimakan kalo nggak enak" Sheren hendak menarik piring, namun ditahan oleh Viki

"enak kok enak, ni buktinya aku makan"

"bohong, pasti nggak enak kan, dokter aja sampe nangis makannya. Udahlah sini aku buang aja, biar dokter aku pesenin makanan lain aja"

"nggak apa-apa princess ini enak, aku nangis karena kelilipan serius nggak bohong"

Sheren memicingkan matanya, menatap penuh selidik ke arah Viki. Mencoba mencari kebohongan disana. Namun alien tampan itu langsung tersenyum lebar, membuat Sheren menyerah dan berakhir tersenyum lega.

"owh iyah dokter pernah bilang kalo kita sahabatan kan yah"

"hmmm" jawab Viki seadanya, karena kini mulutnya penuh dengan nasi

"tadinya aku nggak percaya, karena aku beneran nggak inget apa-apa, bahkan aku sempet takut sama dokter, tapi sekarang aku percaya karena Jeki udah cerita semuanya. Ya meskipun aku belum bisa mengingat banyak, tapi sekarang aku udah bisa inget beberapa moment kita waktu SMA dulu"

"uhukk" tiba-tiba saja Viki tersedak, membuat Sheren buru-buru menuang air ke gelas lalu menyerahkannya pada Viki.

Diteguknya air itu hingga tandas, ia mencoba untuk mengatur nafasnya sejenak sebelum akhirnya berbicara. "kamu serius Ren, apa aja yang kamu inget?"

"emmm, nggak banyak dan belum begitu jelas sih, tapi aku inget waktu itu aku lagi duduk liatin kamu main basket, gitu doang"

Viki masih menatap tak percaya pada presensi didepannya. Secepat itukah pengaruh Jeki buat Sheren.

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang