epilog

2.4K 227 151
                                    

Pagi ini tidak ada yang spesial, matahari masih terbit dari timur dan jarum jam masih berputar dari kanan ke kiri, yang berbeda hanya Una tidak lagi tidur sendiri. Ketika ia membuka mata, ada Jeki yang berbaring disamping dengan posisi memeluk perutnya posesif. Rasanya hangat dan nyaman sampai tak ingin beranjak sedikitpun.

Jemarinya bergerak halus menyapu permukaan pipi sang suami, Kasar tapi Una suka. Tersenyum malu-malu sambil berdoa dalam hati semoga jeki masih lama untuk membuka matanya. Biarlah ia tenggelam di alam mimpinya karena Una masih betah memandangi wajah prianya yang sangat tampan ini.

Una tersentak ketika material lembut itu menyentuh bibirnya. Cepat, kilat dan manis seperti cotton candy.

"morning kiss hehe" sang pelaku Utama hanya menyengir polos tanpa dosa

"curang ihhh, kamu pura-pura tidur ya"

"yaudah kalo curang mah cium lagi nih biar impas" Jeki memejamkan mata seraya memanyunkan bibirnya. Berharap satu kecupan dari Una mampir di bibir penuhnya, namun sayang Una justru menepis bibirnya seraya memutar bola matanya malas.

"yeeuuu enak disitu rugi disaya mas, mandi sana ahh, udah siang nih"

Jeki melirik jam dinding yang jarumnya berhenti di angka tujuh "masih pagi sayang" katanya lalu menarik Una ke pelukannya lagi

"sana ahh, badanmu berat ihhh, akunya sesak nafas nih" Una menggeliat melepaskan diri

"owh maaf-maaf, kamu nggak apa-apa?" jeki melepaskan diri lalu menatap khawatir

"iya nggak apa-apa, kamu mau sarapan apa biar aku buatin?" tanya Una lembut

"sarapan kamu aja boleh nggak"

"hah? emm i..itu" Una mendadak gugup dan salah tingkah "e..emang boleh ya? kandunganku kan udah besar, aku belum tanya dokter soal itu, karena kamu kan nggak ada jadi nggak pernah kepikiran kesana" katanya malu-malu

"pffttt," Jeki menahan tawanya melihat wajah Una yang bersemu

"bercanda sayang" tangan jeki terulur untuk mengusap kepala istrinya dan berakhir manis di kedua pipi Una. ia merangkum wajah mungil itu dan mencuri satu kecupan lagi di bibir wanitanya.

"nanti kita periksa ke dokter ya, tapi kamu buatin aku sarapan yang enak dulu OK" Una hanya mengangguk patuh lalu secepat kilat membuang pandangan.

Melepaskan diri agar jeki tidak bisa mendengar degup jantungnya yang berdentum hebat. Pipinya terasa panas dan sepertinya sudah sangat merah. Tungkainya bergerak turun dari ranjang. Meraih jepit rambut di nakas lalu menjepit rambutnya yang ia gulung ke atas. Menampilkan leher putihnya yang mulus dan semua itu tidak luput dari pandangan Jeki.

Cantik, sexy, menarik, ingin rasanya Jeki menyeret Una kembali ke ranjang lalu bergelut mesra di balik selimut, atau sedikit bermain di bawah kucuran air shower juga sepertinya menyenangkan. Namun perut buncit wanita itu membuyarkan segala imajinasi liar di kepala Jeki. Pria itu harus bersabar sampai dokter memutuskan, aman atau tidaknya melakukan hubungan intim di usia kehamilan Una yang sekarang.

___oOo___

"kamu ngapain belli bunga? Buat siapa? Aku" tanya Jeki menunjuk dirinya sendiri

"nggak usah GR deh kamu"

"ya lagian kamu bikin aku parno, udah pake baju item-item gini bawa bunga juga, kayak orang mau nyekar aja, padahal Cuma mau ketemu Ayah. Harusnya kamu itu beli bonsai, Ayah kan sukanya sama bonsai"

Una yang sedang membayar di kasir berbalik menatap sebal kepada suaminya. Berada di negeri asing rupanya membuat Jeki lebih cerewet.

"kamu bawel yah, yang anaknya ayah tuh aku atau kamu sih"

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang