34. Sebuah Fakta

2.2K 294 265
                                    



Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Una segera memalingkan wajah. Bukan karena ia tidak ingin melihat Jeki, tapi karena ia bingung harus bagaimana. Jujur ia masih kaget dan tidak mengerti maksud dari ucapan yang baru saja keluar dari mulut suaminya. Namun cepat-cepat Una menguasai diri sebelum dirinya semakin tertekan dengan suasana menegangkan ini.

"emm, mah kayaknya Una harus pergi deh, Una lupa kalo udah ada janji sama Seje. Una pamit ya mah, assalamualaikum" cepat-cepat gadis itu meraih tangan ibunya lalu diciumnya singkat dan segera beranjak pergi sampai ibu mertuanya pun tidak mampu mencegah.

"Una tunggu!!" teriak Jeki mencoba menahan kepergian istrinya.

Una berlalu begitu saja, bahkan semakin mempercepat langkahnya ketika panggilan Jeki semakin nyata.

"Una tunggu, aku bisa jelasin semuanya UNA!!!" Jeki terpaksa harus berlari untuk mengejar istrinya.

"Una tunggu, kita harus bicara, apa yang kamu denger itu nggak seperti yang kamu pikirin aku bisa jelasin semuanya, pliss dengerin aku dulu" cerocos Jeki setelah berhasil meraih lengan istrinya.

Nafasnya masih tersenggal namun, sorot matanya menunjukkan keyakinan penuh. Una hanya tersenyum kecil dan menghela nafas panjang, mencoba menahan rasa yang bergejolak di hatinya. Ia tidak ingin membuat keributan di rumah mertuanya.

"aku nggak apa-apa, kita bisa bicarain ini di rumah nanti. Kalau ada urusan yang harus kamu selesaikan sama papah selesaikan aja dulu, Tapi aku harus pergi karena Seje udah nunggu aku maaf" Una menyingkirkan tangan Jeki dari lengannya dan kembali melangkah pergi.

"Una tunggu, kamu mau kemana?" lagi-lagi Jeki menahan tangannya

"aku masih ada urusan Jeki"

"yaudah aku anterin ya"

"nggak usah aku nggak apa-apa"

"Una pliss jangan kayak gini kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya"

"kan aku udah bilang kita bicarain aja dirumah, tapi sekarang aku harus pergi. Pokoknya aku tunggu kamu di rumah" putus gadis itu mutlak

Grep

Jeki memeluk istrinya erat-erat, karena tidak tahu lagi harus bagaimana. Ia senang melihat Una pulang, namun sepertinya wanita itu pulang disaat yang tidak tepat. Hari ini adalah hari terberat untuk Jeki, maka izinkan dia barang sebentar saja untuk melepas rindu pada istrinya.

"I miss you, so bad"

Una tidak menanggapi apapun, hanya membiarkan tubuhnya terperangkap dalam dekapan hangat suaminya.

"aku seneng kamu pulang, dan maaf kalo aku nggak bisa nyambut kamu dengan baik. setelah urusanku selesai aku akan langsung pulang, sampai ketemu di rumah nanti"

Chup

Setelah mengecup kening istrinya, Jeki pun membiarkan Una pergi bersama taxy yang kebetulan lewat di depan rumahnya. Setelah taxy yang ditumpangi Una pergi, jeki kembali ke rumah untuk menemui orang tuanya.

"Ngapain kamu masih disini, kamu nggak ikutin Una Jek?" tanya sang mamah yang sudah ada di ruang tamu bersama papah.

"Unanya nggak mau, mungkin dia butuh waktu sendiri dulu" ucapnya lesu.

"Terus nggak kamu cegah, atau setidaknya anterin dia pergi dulu"

"Udah mah, Unanya nggak mau, masa Jeki paksa, coba kalo mamah di posisi Una mamah juga pasti nggak mau ketemu sama Jeki dulu kan mah. Biarin aja Una nenangin hatinya dan Jeki juga masih bingung harus jelasinnya gimana. Semuanya bener-bener di luar dugaan, ngga Cuma Una yang kacau Jeki juga." bela pria itu

TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang