cuma mau ngingetin, sebelum baca siapin tisu di samping kalian, siapa tahu butuh.
_____________True Love______________
Suasana di Changi Airport terlihat sibuk, seorang pria menggeret kopernya melewati hiruk pikuk manusia, yang lalu lalang disana. Tak lama ia pun bertemu dengan pria lainnya yang berkulit pucat, mata sipit, dan tidak terlalu tinggi. Pria itu melambai dan tersenyum ramah pada Jeki.
"udah lama kak nunggunya?"
"nggak terlalu, kamu mau langsung ke RS atau ke hotel?"
"RS aja, atau kak Agus mau makan siang dulu?" tanya Jeki pada pria yang disapa Agus itu.
Jeki sampai Singapura ketika matahari sedang tinggi-tingginya menandakan sudah waktunya jam makan siang, tapi pria di dekatnya menggeleng lemah.
"nggak usah, kita bisa makan di RS" jawabnya datar
Setelah mendapat kabar tentang ayah mertuanya yang sakit, Jeki langsung menghubungi Agus untuk menanyakan lokasi RS tempat ayah mertuanya di rawat. Dua hari setelah itu, Jeki langsung berangkat ke Singapura untuk menjenguk ayah dan istrinya, sekaligus melakukan perjalanan bisnis bersama dengan Agus.
Sesampainya di Rumah Sakit Agus pamit ke toilet sebentar, mau tidak mau Jeki harus berjalan sendirian menuju ruang ICU. Langkahnya terhenti ketika pintu ruang ICU terbuka dan sosok yang amat dirindukannya muncul bersama seorang dokter, mereka terlihat sedang bicara serius.
Una menunduk berterima kasih lalu dokter pun pergi. Jeki masih diam menunggu disana, entah ragu atau takut, ragu apakah Una sudah memaafkannya atau belum, juga takut kalau sampai Una akan mengusirnya nanti. Namun keraguan dan rasa takut itu kalah oleh rindu yang meyakinkan dirinya untuk terus melangkah.
Una berbalik hendak masuk kembali ke ruangan, dan ketika tangannya menyentuh handle pintu tanpa sengaja ia menoleh. Tubuhnya mendadak kaku saat melihat Jeki berjalan ke arahnya.
"ka..kamu disini" sapanya ragu pada Jeki yang sudah berdiri di depannya.
Jeki hanya tersenyum lalu meraih tubuh itu untuk direngkuh, insting laki-lakinya berkata bahwa tidak perlu basa-basi, karena Una hanya butuh pelukan. Disaat seperti ini dukungan dari orang-orang terdekatlah yang paling penting, dan untuk itu Jeki datang. Persetan dengan Una masih menganggapnya sebagai suami atau tidak Jeki tak peduli. Ia tahu saat ini wanitanya sedang rapuh.
Una terdiam kaku saat Jeki memeluknya, bingung harus merespon apa. Dia belum bisa memaafkan pria itu namun ia merasa hangat dalam dekapannya. Seperti terlindungi dan hatinya bergetar hebat ketika satu kalimat Jeki mampu meruntuhkan segalanya. Segala kegelisahan dan ketakutannya selama dua hari ini.
"nggak apa-apa Una, ayah pasti sembuh, kamu harus percaya itu. Ayah orang yang kuat bukan" Jeki menepuk pundak istrinya pelan lalu membelai rambutnya sayang.
Saat itulah tembok pertahanan yang ia bangun dengan susah payah untuk berpura-pura tegar porak-poranda tak bersisa. Airmatanya meluncur deras, tangannya membelit pinggang Jeki erat. Menangis tersedu layaknya anak kecil yang mengadu bahwa ia baru saja mendapat mimpi buruk. Karena mimpi terburuknya adalah melihat ayahnya terbaring lemah bersama alat-alat medis yang menempel di sekujur tubuhnya.
___oOo___
Disinilah mereka, duduk berdua di kantin Rumah Sakit yang lebih mirip food court sebuah Mall. Tempatnya sangat bersih dan rapi. Una menyantap makanannya dengan lahap, gadis itu sudah menghabiskan semangkuk kwetiaw rebus dan sekarang sedang menikmati mie goreng punya Jeki.
"awas kekenyangan, nanti perut kamu malah jadi sakit"
Una mendongak, melirik sebentar lalu kembali fokus pada piring di depannya. Membuat Jeki cekikikan gemas, pipi gembul itu semakin menggembung. Jadi gemes pengen gigit. Jemarinya terulur untuk merapikan rambut istrinya yang berantakan, dengan sukarela mengelap sisa-sisa makanan yang tercecer di pinggir mulut istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE (Sequel Kawin Kontrak)
Fiksi PenggemarCINTA Sejati tidak pernah benar-benar pergi, dia akan menemukan jalannya kembali.