Memberimu perasaan, memberi senyuman, semua itu hanya angin belaka. Saat semua kuberikan semua terasa begitu saja. Kau salah artikan semua. Memberimu kesempatan sama saja aku mengidap liver. Sakit yang tak pernah dibayangkan, sakit yang tak pernah terbayangkan betapa sakitnya. Sakit yang hanya kita rasakan tanpa ada yang tahu betapa sakitnya.
Aku berjalan diatas tanah yang nyaman tapi aku merasakan sakit seperti merasakan tusukan paku pada kakiku karena, aku berjalan dengan perasaan.
Kau berjalan tanpa rasa, kau ringan dengan irama tanpa rasa sakit yang kurasakan.
Merangkai kalimat untuk menyadarkanmu tanpa tangisan sangat susah untukku, karena kutahu kalian tak pernah mau tersakiti. Perkataanku tak pernah kau resapi, Tak pernah sedikit kau lihat ada air mata yang kutahan, ada sakit yang kukubur.
Tertawa lepas tapi mataku menahan keringat mata, Berkata seakan aku tak apa tapi ragaku sakit.
Kau berkata seakan aku tak memikirkanya karena aku tak menunjukan perasaaanku yang sebenarnya, sedangkan aku selalu tahu raut yang kau berikan saat kau tulus, sedih ataupun sedang berpura-pura.
Aku berfikir mencari sudut dalam lingkaran karna aku ingin membuatmu tersenyum padaku, karena aku mencoba untuk mngartikan segala perasaanmu yang kau sembunyikan.
Tapi, kau berfikir seperti layang-layang yang sudah kehilangan keseimbanganya, karena kau tak pernah mau tahu perasaanku sebenarnya.