Jika perasaanku memang sudah tidak terpedulikan, "apakah diriku harus benar benar mengabaikan perasaanku sendiri seperti biasanya?"
Setiap hari diriku mengabaikan perasaanku sendiri demi senyum mereka tetapi mengapa detik ini mereka memintaku dengan lantang "Abaikan perasaanmu". Tanpa mereka meminta bukankah diriku sudah melakukan itu. Mungkin perasaan sesakku adalah keuntungan bagi mereka.
Setiap berhadapan dengan mereka, aku membuat dinding, mencoba menghadang setiap kata yang meracuni diriku. Menarik lengkung senyumku untuk saat ini seperti kail yang meukai kulitku. Emas yang tertutup debu itulah perjuangan, pengorbanan seseorang yang tanpa disadari tertimbun oleh keegoisan sehingga mereka tak mampu meihatnya.
Apalagi selain menangis dalam tempat sunyi yang bisa kulakukan, menangis didepan mereka dan berteriak mengeluarkan riak daam hatiku mereka akan tetap sama.