Diary of Neysa Putri

74 1 0
                                    

 Seorang insan selalu membutuhkan sebuah pelukan hangat, bukan pelukan rasa kasihan tapi kasih sayang yang tulus. Hingga kini aku menunggu.

 Aku selalu terdiam atas yang mereka ucapkan, dimana diriku selalu diletakkan pada suatu kesalahan yang bukan kuperbuat, jika mereka berkata adil dengan mengorbankan satu perasaan, menurutku mereka belum mengerti akan keadilan. Aku mengikuti cara mereka mengartikan keadilan walau bagiku itu bukan arti keadilan, tetapi tetap dimata mereka aku salah tetapi mereka melakukan keadilan mereka dengan mengorbankan perasaan seseorang itu benar, sedangkan aku melakukan itu pada mereka, menurut mereka salah besar.

 Mereka mencari kebahagiaan diatas perasaan yang disalahkan, aku sepanjang waktu diam atas mereka perbuat walau aku ingin sekali membolak balikan apa yang mereka perbuat padaku dan apa yang kuperbuat mereka sama, tapi mereka tak menerima perlakuanku.

 Aku adalah seorang yang selalu disalah artikan, entah itu orang yang terhebat didunia ini mungkin menilaiku buruk seperti mereka yang mengenalku begitu dekat, mungkin menurut kalian keterlaluan seseorang yang dekat denganku saja salah mengartikan.

 Aku hanya tersenyum, saat mendengar penilaian buruk mereka, aku akan menagis dibalik mereka. Aku tidak pernah menunjukan tangisanku, sakitnya diriku saat menerima belum ada yang mengenal diriku dengan sebenarnya.

 Aku ceroboh, aku akui, karena mereka tak menerima keadaan diriku yang terdesak dan membuatku mengalami ketidaksengajaan.

 Aku tidak terlalu cerdas, aku akui, karena mereka tidak pernah percaya jika aku berada diatas mereka, bahkan mereka mencibirku bahwa itu bukan usaha murniku.

 Aku pemalas, aku akui, karena aku lelah bekerja untuk nama mereka, sedangkan mereka berleha-leha.

 Aku tidak mempunyai pemikiran, aku akui, karena aku lelah sudah membantu permasalahan mereka yang ujungnya diriku harus menanggung semua masalahnya

 Aku disalahkan, aku diam, membela toh selalu dihina dan diremehkan.

 Aku tidak mempunyai hati, aku diam terpaku, apa yang selama ini mereka pikir, aku mengalah demi kebahagian yang seharusnya milikku dengan mudahnya aku berikan kepada mereka agar mereka sadar akan perbuatannya tetapi inilah mereka tetap menganggapku perempuan yang tak lebih orang asing bagi mereka.

 Aku terlalu naif atau aku terlalu pecundang atau aku terlalu bodoh, aku terima kalimat itu, karena mereka tak pernah mengerti apa tujuanku dalam hidup.

 Aku menganggap mereka seperti keluarga sejak awal pertemuan, aku menganggap setiap pertemuan adalah menghargai perasaan seseorang. 3 tahun bersama bagiku adalah suatu yang terindah dalam hidupku.

 Semua yang telah berbincang denganku adalah keluarga, karena bagiku perbincangan adalah dimana kita saling membutuhkan sama lain, mungkin ini semua membuatku terjerumus dalam cara pandang mereka tentangku.

 Aku hanya ingin mereka tahu kehidupan berkelompok tanpa memilih siapa yang akan berkelompok dengan mereka dalam kehidupan.

 Aku terlalu lelah jika harus menunggu lagi, seseorang yang melihat lubuk hatiku, aku ingin menangis dibahunya yang membuatku nyaman, aku ingin senyumku bukan lah senyum kesakitan.

 Aku berharap ada yang mengerti diriku sebenarnya, membuatku nyaman, tak melihat diriku dari luar .

ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang