Setiap orang menginginkan kehidupan keluarga yang bahagia, seperti diriku saat ini. Merindukan akan tawa, senyum, candaan, kebahagian tetapi mungkin saat ini dan entah sampai kapan semua itu tak akan ada. Setiap melodi yang ada membawa terjun dalam kenangan, bahagia maupun kenangan yang ingin aku lupakan saat ini, kenangan yang membuat semuanya pergi dan memisah tanpa memperdulikan perasaan satu sama lain. Setiap hari diriku mencoba menenggelamkan segala perasaan akan masa lalu dengan tertawa, walaupun tawa ini tak seringan tawa 2 tahun lalu.
Setiap diriku berada pada lubang kesedihanku, aku berpura-pura tak merasakan apapu walaupun aku menangis diantara kubangan itu. Terkadang diriku dapat menerima semua kekacauan ini tetapi diriku tak bisa berada pada keadaan terus disalahkan, terus menerus dituntut, terus menerus menjadi aktris dalam skenario keluargaku yang menggunakanku untuk menyelamatkan atau menyembunyikan sebuah kesalahan salah satu dari mereka.
Diriku hanya gadis remaja yang hanya diam tanpa memilih karena suatu keadaan, memilih pun diriku akan disalahkan. Gadis remaja yang tak tahu mana sesungguhnya kasih yang sejujurnya.
Diriku selalu dibohongi akan suatu keadaan sehingga diriku selalu disalahkan oeh salah satu keluarga. Hingga mereka berpisah 2 tahun lalu, semua menjadi semakin gelap. Setiap hari diriku dianggap tak mempunyai perasaan, diriku dianggap tak mempunyai nurani sedangkan mereka sendiri yang menuntutku untuk menghiraukan perasaanku akan keadaan ini tetapi bagaimana diriku bisa menghiraukanya jika setiap percekcokan diriku, namakulah sebagai alasan, sebagai peran untuk membela atupun untuk disalahkan. Aku memang tak hidup sendiri aku mempunyai beberapa saudara tetapi karena diriku hanya diam akan semua ini, dirikulah yang selalu menjadi puncak suatu masalah walaupun aku tak tahu apa yang dipermasalahkan.
Sebelum semua ini terjadi, diriku memang sudah tak diinginkan, aku tahu, aku paham akan kekuranganku diantara saudaraku yang lain, setiap hari kata cemooh, kata meremehkan, kata-kata yang bukan diriku yang kuterima, mereka memperlakukanku berbeda karena sejak itu aku menjadi gadis yang terlihat tanpa perasaan.
Bisa kalian bayangkan setiap hari kalian mendapat pesan yang tak pernah kalian duga, pesan yang mengartikan diriku tak bernilai, diriku tak diinginkan, diriku seperti tanah liat dan disatu sisi mereka mengatakan kasih sayang padaku tetapi mereka membunuh kehidupanku secara perlahan mengatakan kalimat tak menginginkan diriku.
Selalu ada sesak saat berada dirumah, selalu ada air mata yang tertahan saat aku melihat kasih sayang yang bukan ditunjukkan untukku, hingga diriku benci akan diriku sendiri saat ini, benci akan perasaan cinta yang mulai timbul dan membuatku takut akan perasaan ini, terkadang aku bahagia akan perasaan ini tetapi perasaan itu juga membuatku menangis. Aku selalu mencoba memberikan yang terbaik pada sekitarku tanpa menuntut mereka untuk membalasnya, tetapi bukan berarti mereka memperlakukanku seperti tiada. Apapun yang kuakuakn untuk mereka terkadang untuk menutupi perasaanku tetapi kalimat yang mereka ucapkan teralulu menyakitkan, terkadang mereka yang memilihku untuk mengendalikan semua tetapi apa gunanya semua itu jika mereka yang merusaknya tetapi mereka menyalahkanku.