Kau tak pernah menghargaiku, inilah aku dan kau tak pernah menerima keadaanku, kau selalu mengatakan kalimat berakhir, dan kau dengan mudahnya membujukku dan bodohnya aku terlena akan bujukanmu karena aku cinta, karena aku berharap kau berubah dan sampai perasaanku lelah karena kalimat berakhir tapi kau masih saja membujukku dan hingga kini aku tak terlena walau terkadang aku merasa bahagia saat kau mengingat semua kisah dulu, memberiku kalimat indah tapi kenapa kau tak pernah lontarkan kalimat itu saat tidak ada kata bersama, kemana saja saat aku memberi kesempatan.
Dan saat ini kau membuatku ingin bersamamu, tapi perasaan yang masih luka selalu membuatku untuk mengatakan tidak akan menerimamu tapi aku masih menginginkan keadaan dimana kau jatuh cinta padaku.
Tapi setiap kau meminta aku untuk mengulang semuanya, kau bersamanya, dan kau menyakitinya dengan kau mengucapkan cinta padaku, kau tahu semua itu membuatku seperti tissue yang hanya bisa menghapus air mata, yang hanya bisa menahan sakit tanpa bisa kujelasakan sakitnya perasaanku.
"Apa yang kurasakan tak pernah bisa kuungkapkan karena apa yang kuungkapkan hanya permukaan luka yang kupunya"