Ingin sekali rasanya kau menyapaku, menanyakan keadaanku, seperti kau menanyakanya. Apakah hanya memandang dari kejauhan saja batas kita berteman, bisakah kita seperti dulu, saling memberi pelajaran antara kau dan aku, pelajaran dengan keahlianmu. Aku fikir kau tak akan terpengaruh tipu dayanya tentangku, dan ternyata dia yang kau percaya. Kau tahu dia hanya mengenal namaku tanpa tahu kehidupanku sehari-hari, andai semua ini bisa terucap jelas dari bibirmu mungkin tidak serumit ini.
Entah apa yang dia katakan hingga kau pergi terlampau jauh dari dirimu sendiri, masih adakah kesempatan diriku untuk membawa dirimu kejati dirimu sebenarnya. Aku sadar akan cintamu padanya membuat kau tak bisa membedakan ketulusanya dan kebohonganya berucap.
Saat ini, aku hanya bersabar menunggu keramahanmu seperti dulu, aku tahu aku salah memiliki perasaan padamu tapi aku selalu berusaha untuk memberi diriku suatu batasan tapi haruskah kau membalas dengan seribu omong kosong yang menyakitkan itu.