Setiap hari ada saja kejanggalan pada sikap orang terdekat kita, kejanggalan yang dimaksud bukan kejanggalan musuh dalam selimut, kejanggalan akan jalan pikir mereka, contohnya saat kita mendapat tugas menuliskan suatu materi pada papan, otomatis kita berdiri didepan papan dan menulis dan keanehannya teman kalian selalu marah saat kita menutupi kalimat yang mereka salin, apakah mereka berfikir jika saat kita menulis didepan adalah perintah guru, apa mereka tidak berfikir menulis dipapan dan menunggu mereka menyalinnya dengan santai itu menyebalkan, karena kita harus menyalin 2 kali materi itu, jika mereka ditunjuk untuk menulispun diapapan terkadang mereka mengomel dan melimpahkannya pada orang lain, apa mereka tidak pernah membayangkan betapa jengkelnya saat mereka berada pada posisi kita membantu dalam pembelajaran mereka tetapi mendapat omel karena keegoisan walaupun tidak semuanya seperti itu.
Dan setiap kelas pasti ada yang protes bahwa ketua kelas mereka kurang tegas, kurang garanglah, meminta ketua kelas untuk berperilaku layaknya mendatangi acara resmi, harus pendiam tetapi tegaslah, harus bertindak selalu seriuslah, mereka fikir ketua kelas adalah robot mereka yang harus menuruti keinginan mereka, apalagi jika mereka merengek dan menuntut untuk pulang cepat. Saat dituntut untuk menjadi tegas sedangkan saat mereka sendiri selalu mengomel jika diingatkan atau dituntut untuk melakukan kewajiban mereka dikelas, selalu marah saat diingatkan piket, ditegasin malah ngedumel dibilang ketua kelas sok lah. Jika ada yang tidak piket ngomel, iri, katanya ketua kelasnya diam aja, ketua kelas lupa mengingatkan, ketua kelas juga masih manusiakan.
Dikelas pasti kalian pasti juga menemui sifat teman kalian yang menyebalkan, contoh 2 sahabat yang akrab banget tetapi sebenarnya memiliki sifat berbeda, yang si A sifatnya suka ngomong kasar, suka nggak sopan, dan selalu ingin benar sendiri dan si B sifatnya ngikut aja tapi kalau enggak ada si A diam aja, senyum-senyum terus, kalau ada si A ikut-ikut teriak-teriak, ikut marah-marah kalau diannya enggak suka, terus meremehkan anak yang pendiam padahal mending yang selalu diam tapi benar, daripada yang suka teriak seenaknya meremehkan yang pada diam padahal terkadang kalau ujian si A sama si B suka minta jawaban yang pada diem tapi masih saja pendiem dijadiin bahan tertawaan, bahan untuk diremehkan.
Dikelas pasti juga ada yang merasa paling cantik, wajarlah itu namanya perempuan, tapi kalau tau temannya yang dia rasa enggak banget punya pacar yang cakep, udah jadi bahan omongan, dijelek-jelekinlah, yang paling parah dibilang sok cantiklah, padahal namanya juga cinta, enggak bisa ditebak.
Ada juga yang gengsi, ngaku ngerjain sendiri, tapi nodong teman yang udah bantu mikir, dibilang dia yang nyontekah padahal sebaliknya.
Ada juga yang kalau sedih kekita kalau seneng lari terus ngeremehin temen berbagi sedihnya terus nanti kalau sedih lagi lari lagi kekita, urat malunya mungkin udah kekikis sama egoisnya.
Ada yang berantem karena pacarnya suka sama temen sendiri terus musuhan berbulan-bulan walaupun temenya enggak respon sama pacarnya, yang harus disalahkan ya pacarnya dong, yang enggak bisa dipercaya.
Ada juga yang ngejatuhin temenya didepan orang banyak, kalau enggak ada gebetan ikutan nimbrung, kalau ada gebetan sok sok-an, jaim lah, terus tiba-tiba nasehatin jangan pacaran, jangan ngomongin cinta-cintaan, jangan suka ngomongin orang, padahal kalau enggak ada gebetan dia yang paling ngebet ngomongin orang, ngomongin cinta dan bla ba bla, "apa coba maksudnya?'
Ada juga anak yang lagi rajin-rajinnya kalau keganggu dikit marah, disenggol dikit marah, kalau marah ngancemnya "Lo enggak gue contekin" yang diteriakin cuma ketawa, yaiyalah ketawa bukannya dia yang biasanya nyontek sini terus sini juga diem kalau dia nyontek tapi komentar mulu, ini aja dia baru rajin-rajinnya sok sok- an bilang gitu.
Ada juga temen yang nganggep kalau remaja yang belum pacaran enggak bisa ngasih solusi, bayangkan aja dia yang udah pacaran berkali-kali dan tentunya disakiti berkali-kali, ada temen yang lagi galau pengen putus gara-gara pacarnya suka ngomong kasar, suka nyangkutin dia sama masalah keluarganya sampai dia-nya yang diomeli, suka main tangan, malah dikasih solusi dipertahanin, diperbaiki, padahal cowoknya dinasehati enggak mempan diulang-ulang mulu kelakuan buruknya selama 2,5 tahun, enggak ada perubahan sekecil apapun, kalau yang belum pacaran pasti berfikir logika aja, disakitin 2,5 tahun dipertahanin sama dengan membunuh masa depannya.
Ada juga yang ngehina pemimpin kelas, karena yang dia pilih enggak kepilih, yang dia pilih jadi wakil ketua kelas aja, kalau ketua kelas enggak masuk senang soalnya wakil ketua kelasnya yang berkuasa, yang ngatur semua, yang lebih tegas katanya tapi sehari aja ketua enggak masuk udah kena omel guru "Siapa yang kemarin suruh pulang cepat, kenapa kemaren enggak ada yang piket, kenapa kemaren gurunya enggak ada yang ngingetin kalau ada jam pelajarannya, kenapa kemaren selembaran data pribadi siswa enggak langsung dikumpulin" padahal si ketua kelas enggak masuk aja udah banyak masalah, wakil ketua kelas yang dia banggakan juga diam aja enggak berkutik, bergerak untuk minta maaf atau memperbaiki kesalahanya aja enggak, yang mondar mandir sana sini juga ketua kelas sendiri, terus bela mereka karena suatu salah paham masih aja ketua kelas yang disalahin.