Jika memang diriku harus pergi dari kehidupan seseorang yang telah memberiku warna disaat kau memberiku tinta hitam pekat hingga tak terhapus. Semua keterkejutanku tentangmu yang begitu tak memperdulikanku aku simpan dalam diriku, kuucapkan kata tak mengapa seolah tanpa perasaan. Tidak mudah bagiku meninggalkan semua hanya demi kepuasanmu agar kau tak selalu merusak kehidupanku. Aku kira, aku beruntung mendapat seorang ayah yang bisa membawaku dalam kenyamanan setiap saat, tapi kini semua itu hanya kebohonganmu semata. Kau selalu berkata seakan akan selalu mendampingiku tetapi sekarang kau berkata ingin merusak semuanya setelah semuanya telah kau rusak lebih dahulu.
Aku hanya gadis yang membawa udara dingin pada setiap waktu, hanya tatapan lurus seakan tak berperasaan, Aku kecewa, semua menjadi terpisah tanpa perasaan kasih sayang yang dulu pernah kurasa. Banyak orang mengatakan tak akan ada seorang ayah yang rela melepas seorang putri tapi kini aku mendengar kalimat seakan dia ingin membunuhku secara perlahan.
Dan, apakah aku salah mengemis pelukan hangat, tangan kekar yang siap menggenggamku saat aku menangis karena pecahan gelas karenanya. Saat aku mnedapatkan itu, sekarang kau berencana merusaknya, apakah itu seorang ayah atau hanya seorang yang menjelma menjadi seorang ayah. Apa aku salah tak menemuimu saat ini, kau menjadi momok bagiku saat ini bukan menjadi pelindungku lagi. Memang kau tak pernah melukaiku secara fisik tetapi lontaran kalimat yang seakan membunuh kehidupanku itu membuatku meringkuk menahan perih disekujur tubuh.