Kalau lagi lancar, enak banget updatenya heuhue :*
###
Eunha menghapus aplikasi ojolnya setelah itu. Memilih untuk naik motor sang ibu sampai mobil honda jazz merah hadiah ulang tahun ke 20-nya keluar dari bengkel. Tukang ojol itu nggak pernah muncul lagi didepan Eunha selama seminggu terakhir. Jadi, gadis itu mulai merasa tenang kembali.
Hari ini adalah hari pertama mereka PKL di RS Kariadi. Mobil Eunha sudah selesai diperbaiki dan dia bersama kedua temannya ke Semarang bersama. Jam masih menunjukkan waktu setengah tujuh ketika mereka sampai. Belum ramai, tapi mahasiswa poltekkes yang hendak melakukan PKL dirumah sakit tersebut, beserta pembimbing mereka sudah sampai disana.
"Semua sudah lengkap?" tanya bu Laila, dosen perempuan muda yang baru saja melahirkan anak pertamanya.
"Sudah, bu." jawab semua orang, melakukan koor yang kompak. Mas Kaenu datang dan memberikan map berisi data peserta PKL ke bu Laila.
"Kumpul sesuai gelombang PKL. Yang sopan, ya? Jaga nama baik almamater." pesan mas Kaenu, lembut.
"Ya, mas." jawab mereka lagi.
Eunha, Rosa dan Yuna langsung saling memepet. Eunha merangkul lengan kedua teman akrabnya dan tersenyum ketika mas Keanu mendekat.
"Dek, jadi pinjam proposal KTI, nggak?" tanyanya ke Eunha.
"Iya, mas. Dibawain?" sahut Eunha. Mas Keanu mengangguk lalu merogoh tas backpack hitamnya dan memberikan proposal KTInya dulu ke Eunha.
"Kalau ada yang kurang jelas, tanyain aja, ya?" pesan mas Keanu.
"Sip! Makasih, mas." jawab Eunha, menerima proposal yang diulurkan asdos-nya itu.
"Ayo jalan. Kalian tunggu didepan laboratorium dulu, biar ibu urus surat masuknya." ajak bu Laila, sementara mas Keanu mengatur para mahasiswa agar tertib.
Ketika para pengawas dari kampus sibuk hilir-mudik mengurus ini-itu, para mahasiswa justru memperhatikan sekitar dengan excited sekaligus gugup. Dua tahun belajar dibangku kuliah dan masuk ke laboratorium kampus terasa sangat biasa. Berbeda ketika mereka melihat pasien 'yang sebenarnya' masuk ke rumah sakit, mengantre untuk mendaftar, pergi ke klinik umum hingga beberapa ada yang masuk ke laboratorium. Sebuah perasaan bangga dan haru bergumul didada mereka saat melihat 'lapangan kerja' mereka kelak.
"Na, pinjem hp. Buat foto-foto." pinta Rosa, mengulurkan tangan. Eunha mengeluarkan ponselnya tanpa berpikir dua kali tapi menolak ketika diajak berfoto bersama Yuna dan Rosa.
Sekitar jam setengah delapan, bu Laila dan mas Keanu kembali diikuti beberapa orang staff rumah sakit.
"Ayo, kita ke ruang serba guna dulu." Ajak bu Laila, mengikuti para staff rumah sakit dari belakang.
Diruang serba guna, mereka memperkenalkan diri sekaligus dikenalkan pada lingkungan rumah sakit. Khusus gelombang pertama-Eunha cs-diarahkan ke sekretariat rumah sakit setelah ini untuk mendapat kartu tanda magang.
"Tanda tangan disini, ya, dek. Untuk pengurusan piagam setelah selesai magang." ucap seorang mbak Sekretariat, menunjuk satu area yang harus Eunha tanda tangani. Gadis itu menurut, agak merasa de javu ketika melihat nama kepala rumah sakit. Dimas Jungkook? Kenapa terasa familiar?
Setelah mendapat tanda pengenalnya, Eunha beserta teman-temannya dibimbing menuju laboratorium rumah sakit dan diperkenalkan ke staff laboraorium. Ada setidaknya empat orang perempuan disana.
Kelompok gelombang satu diajari cara kerja laboratorium. Dari penerimaan pasien, menginput data pasien, running sample pasien sampai mengeluarkan hasil dan validasi. Karena rumah sakit Kariadi termasuk rumah sakit besar, alat-alat yang tersedia disana juga serba otomatis dan canggih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...