Dikangenin nggak nih?
###
From: Nona
Mas, mlm ini ak ngnep dt4 Yuna.
Setelah membaca pesan yang baru masuk di ponselnya, wajah Jungkook langsung berubah mendung. Menerima paket Wendys' pesanan seseorang, pemuda itu segera membayar kemudian keluar dari Transmart Banyumanik.
Sebenarnya, Jungkook juga sudah punya rencana mengajak Eunha menjenguk orangtua gadis itu. Tapi, Eunha malah memberinya kabar tanpa bertanya lebih dulu apakah Jungkook setuju atau tidak?
Dia kesal karena merasa tidak dianggap. Jungkook juga tidak membalas pesan isterinya. Buat apa? Eunha hanya memberi tau, bukan meminta ijin.
Selesai mengantarkan makanan ke pelanggan, Jungkook kembali nongkrong ditempat biasa bersama teman-temannya yang lain. Kampus Universitas Diponegoro, Tembalang adalah markas Jungkook menunggu orderan. Biasanya, minimal tujuh ojol yang biasanya ada disana.
"Rokok, Mas," seorang pria paruh baya dengan kumis tebal menyodori bungkusan rokok ke arah Jungkook. Tentu saja pemuda itu menolak.
"Nggak ngerokok, pak."
"Digoleki mbake sing kae meneh kowe," orang itu memberi tau.*Dicari mbaknya yang itu lagi kamu. Jungkook mengerutkan kening bingung.
"Ingkang pundi?" tanya Jungkook bingung.*yang mana?
"Halah! Sing mahasiswi kae lo. Sing susune gedhe!" Jungkook tergelak, langsung teringat salah satu mahasiswi Undip yang sering meliriknya ketika lewat.*Halah! Yang mahasiswi itu loh. Yang dadanya besar!
"Mboten doyan, pak. Keton mboten bener bocahe," kekeh Jungkook geli.*Nggak doyan, pak. Keliahatan nggak bener anaknya.
"Bener, Mas! Pancen ora bener bocahe," seseorang menyahut tiba-tiba. Begitu menoleh, Jungkook menahan senyum melihat teman semasa SMAnya yang sekarang menjadi dosen muda di Undip, bernama Jimin.*Bener, Mas! Emang anaknya nggak bener.
"Teko-teko nyaut wae!" tegur Jungkook, pura-pura mendelik. *Datang-datang menyahut saja!
"Kamu tuh aku kasih tau. Jangan mau sama dia! Dosen-asdos juga dideketin, biar dia dapet nilai bagus." Jimin duduk disamping Jungkook yang kosong.
"Masa? Cantik padahal," gumam pemuda itu menimpali. Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Hypersex," Jimin berbisik pelan ditelinga Jungkook sampai bapak yang masih merokok disisi Jungkook yang lain tidak mendengar.
"Serius? Dia kayaknya seumuran Sinbi, deh. Semester berapa?" Jungkook jadi penasaran. Pasalnya, perempuan yang sedang mereka bicarakan ini memang lumayan terkenal di sekitar Undip. Dia cantik, berbadan montok dan selalu mencoba mendekati Jungkook.
"Satu. Dia anak salah satu pengurus yayasan gitu. Sombong, sih. Tapi kalau sama cowok jadi lenjeh gitu. Bapak mertua mu aja pernah digodain sama dia," Jimin berbisik lagi.
"Gila! Serius lu, sat?" desis Jungkook tidak percaya. Jimin menjawab dengan anggukkan mantap. Jimin memang mengenal ayah Eunha. Atas bantuan Jimin juga Jungkook bisa dengan mudah memenangkan hari pria itu.
"Terus gimana? Kapan itu kejadian?" Jungkook mulai mengorek informasi. Dia harus jaga-jaga kalau ternyata hubungan orangtua isterinya sedang tidak baik.
"Bu Yuri ke kampus, nyari cewek itu terus langsung dikata-katain depan umum. Gile, sumpah! Bahkan orangtua cewek itu juga dilawan sama ibu mertua lu. Ngeri coy." Jimin bercerita singkat, bergidik sedikit ketika mengingat kejadian yang dia lihat secara langsung. Jimin bahkan harus ikut membantu si mahasiswi itu sembunyi dari amukan ibu Eunha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...