Begitu mereka sampai, Jungkook langsung dipepet pengawal lagi. Somi menyemburkan tawa lirih pertanda mengejek sementara Wonwoo kembali kaku.
Mereka ada disebuah restoran mewah, dibawa kesebuah ruangan yang mampu menampung dua puluh pantat manusia di satu meja panjang yang ditata apik. Beberapa orang yang sudah ada disana berdiri menyambut kedatangan mereka. Salam-sapa bergumam dimana-mana sebelum kemudian keluarga Jeon dipersilakan duduk.
"Mereka adalah kolega bisnisku. Perkenalkan dirimu, Jungkook." Jeon Seung Hoon menepuk pundak Jungkook hangat sementara pemuda itu meliriknya benci.
"Dimas Jungkook," ucapnya singkat ke beberapa orang tidak dia kenal itu.
"Jeon Jungkook," ralat Jeon Seung Hoon. Jungkook langsung melotot garang, tidak terima namanya diganti begitu saja. Padahal nama Jungkook sudah dia benci, kenapa pula dia harus menambahkan marga pria itu didepan namanya?
"Dia adalah calon penggantiku dimasa depan.""Dia tampak mirip dengan anda, Tuan Jeon." komentar salah satu diantara mereka. Jeon Seung Hoon tertawa senang sementara Jungkook mengernyitkan wajah jijik.
"Apakah tamu kehormatan kita sudah datang?" tanya pria itu.
"Ah, mereka sedang dalam perjalanan," jawab yang lain sopan.
"Kalau begitu, nikmatilah hidangan yang tersedia tuan-tuan." Jeon Seung Hoon tersenyum ramah sebelum kemudian menghampiri gerombolan lain. Jungkook bisa melihat Yerin berdiri menunggu tanpa emosi didepan pintu masuk ruangan itu.
Jungkook diperkenalkan kepada semua orang. Membuat keinginan pemuda itu untuk melarikan diri semakin besar. Pria itu tidak mengetahui keberadaannya sebelum ini, lalu ketika dia sudah sukses, Jeon Seung Hoon bisa memanfaatnya begitu saja? Sungguh memuakkan!
Jungkook lebih memilih bapak tirinya daripada pria itu. Tentu, pak Burhan bukan orang baik pada awalnya. Tapi sekarang, bapaknya lebih baik daripada orang lain yang Jungkook kenal. Jungkook belajar banyak dari suami ibunya itu.
Kemudian mereka pergi ke ruangan yang lebih privat. Hanya Jungkook, Jeon Seung Hoon dan isterinya. Pemuda itu terkejut mendapati keluarga Minatozaki sudah menunggu.
"Mr. Minatozaki! Senang bertemu dengan anda lagi!" Jeon Seung Hoon memeluk Minatozaki Suuma girang.
"Mr. Jeon," sapa Mr. Minatozaki balik.
"Halo, Sana-san. Apa kabar?" Jeon Seung Hoon beralih ke Sana yang ada disisi ayahnya.
"Salt is salty," jawab Sana dengan senyum tersungging miring. Perempuan Jepang itu jelas jauh lebih benci Jeon Seung Hoon daripada ayahnya sendiri. Mengejutkan.
"Mr. Dimas! Bagaimana kabarmu?" Mr. Minatozaki beralih ke Jungkook. Respon Jungkook pun lebih halus ke pria itu--dia masih harus mempertahankan kerjasama mereka.
"Not really good," gumam Jungkook masam. Mr. Minatozaki tertawa seolah Jungkook melemparkan lelucon.
"Let's sit. Bagaimana perjalanan kalian kemari? Tidak ada masalah saya kira?" Jeon Seung Hoon berbasa-basi sementara suasana mendadak sunyi.
"Ah, tentu saja. Tapi, dimana Wonwoo? Kupikir kita akan memperkenalkannya dengan Sana?"
"Tidak, Mr. Minatozaki. Bukan Wonwoo, tapi Jungkook. He's my son, Jeon Jungkook. Bukankah dia lebih cocok bersanding dengan Sana daripada Wonwoo? Kau pasti juga berpikir demikian, kan?" Jeon Seung Hoon menyeringai.
Jungkook mendesis, nyaris menghancurkan makan malam itu. What the fvck?! Apa yang barusan pria bangkotan itu katakan?
"Sounds good," gumam Sana pelan. Gadis itu menyesap minumnya sedikit sebelum meletakkan kembali gelasnya ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ojol (Fin)
Fanfiction"Mbak?" "Ya?" gadis itu menoleh bingung. "Namanya siapa? Nikah sama saya, mau?" Heya Eunha merinding, geli, dan merasa takut ketika seorang laki-laki asing tiba-tiba melamarnya di tengah keriuhan pasar Ungaran dipagi hari. Gadis yang baru menginjak...