6. Comfort

4.7K 902 86
                                    

Itu adalah saat-saat paling memalukan diumur Eunha yang hampir dua puluh satu tahun. Bukan tentang dirinya yang jadi taruhan, tapi ketika dia terpaksa ikut Jungkook mengantar makanan ke pemesan burger sambil masih sesekali terisak. Melihat pandangan aneh pelanggan suaminya itu, Eunha yang tetap duduk diatas motor--sementara Jungkook turun dan menghampiri pelanggannya—tiba-tiba merasa malu atas kecengengannya.

Jungkook membawanya pergi setelah itu. Pemuda itu tidak banyak bicara, tapi jelas terbentuk kerutan dikeningnya pertanda berpikir. Gantian dahi Eunha yang terlipat begitu motor Jungkook berhenti di bendungan Jatibarang yang dekat goa Kreo. Pemuda itu mengajak Eunha turun sambil membawa burger dan softdrink mereka.

Danau buatan itu sangat lebar dengan air kecokelatan karena intensitas hujan yang akhir-akhir ini turun sangat deras. Eunha mengikuti suaminya duduk disebuah bangku yang menghadap langsung ke danau. Cuma ada mereka berdua disana, tapi Eunha merasa aman.

"Udah lebih baik?" pemuda itu bersuara. Eunha yang hendak mengigit burgernya menghela napas dan memasang wajah lesu. Burger ditangannya kembali ke atas pangkuan.

"Aku kaget dan nggak nyangka. Perasaanku cuma dihargai seratus ribu doang sama temen-temenku sendiri," jawab Eunha, mencebikkan bibir menahan tangis. Tentu saja dia masih sakit hati dengan tindakan teman-temannya. Terutama Rosa.

Jungkook merangkulnya, mengusap bahu dan menggoyangkan sedikit tubuh Eunha untuk memberi semangat serta berusaha menenangkan.

"Kamu berhak marah. Biar gimana pun, kelakuan temanmu memang keterlaluan. Tapi jangan dibalas, ya?" gumamnya, pelan. Eunha mendongak, menatap pemuda itu dengan mata memicing tidak paham. Jungkook tersenyum, mengusap kepala isterinya sekilas sebelum melempar pandangan ke danau buatan dihadapan mereka.

"Aku paham perasaan kamu. Makanya aku ajak ke sini," Jungkook kembali menatap Eunha sambil tersenyum miring. "Kamu boleh curhat atau ngelakuin apa yang kamu pengen. Mau masuk danau pun, silahkan."

Mendengar kalimat terakhir pemuda itu Eunha langsung cemberut dan memukul lengan Jungkook, jengkel. "Kamu pengen aku mati?" gerutunya. Jungkook terbahak lalu geleng-geleng kepala.

"Tentu saja enggak," jawab pemuda itu, terdengar geli. Jungkook mengubah posisi duduknya jadi serong ke arah Eunha. "Beberapa orang, kalau udah emosi terkadang nggak ada kata-kata yang bisa nyentuh hati dia. Makanya, aku usul kamu biar cerita. Ngeluarin unek-unek kamu. Semisal kamu belum percaya sama aku, kamu bisa teriak kencang-kencang didanau itu atau sekalian masuk ke dalam air. Itu nggak dalam, kecuali kamu sampai ke tengah-tengah." jelas Jungkook.

Eunha akhirnya paham. Gadis itu menggigit burgernya diikuti Jungkook. Suasana sempat sunyi beberapa saat sampai makanan pengganjal perut mereka habis.

"Kok, kamu bisa ada disana? Ngepas banget sama aku mau nelpon untuk minta jemput?" tanya Eunha, sepertinya enggan membahas masalahnya lebih dulu.

"Aku pernah bilang mau ngasih tau kamu sesuatu setelah kita nikah. Inget, nggak?" Eunha mengangguk, diam menunggu pemuda itu menjelaskan. "Aku udah tau soal taruhan itu karena nggak sengaja dengar pas lagi beliin pelanggan makanan gitu. Cuma, aku pikir nggak mungkin kamu percaya gitu aja sama orang yang baru kamu temuin dua kali. Apalagi kamu kabur terus kalau ketemu aku. Kayak liat setan aja." Jungkook terkekeh geli lagi.

"Itu karena aku pikir kamu psiko atau om-om gatel. Masa baru ketemu udah ngegas ngajak nikah?" Sengut Eunha, menggerutu. Jungkook nyengir, tidak mau menyahuti. "Terus, kok, kamu bisa pas banget ada dibelakangku sambil bawa burger?"

"Pulang dari nganter kamu itu. Aku liat temen cowokmu. Udah nggak enak aja perasaanku. Sempet juga liat kamu makan sama mereka waktu aku mau beli burger. Feeling, kali ya?" Eunha mendengus mencemooh mendengarnya.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang