44. Belajar Bicara

4.5K 800 146
                                    

Hujan deras dan berangin membuat jendela kamar Eunha terhentak-hentak. Gadis itu memeluk tubuh Jungkook yang berbaring disampingnya semakin erat karena udara dingin yang membuat tubuh siapapun bergidik.

Akhirnya, mereka menginap dirumah Eunha sementara keluarga Yuna menginap di tempat kost. Eunha juga ingin langsung kembali ke kostnya tapi si ibu menjadi galak sekali hingga menyeret Eunha ke dalam mobil ayah. Eunha harus berpipi chubby lagi sebelum kembali ke kost! Kata beliau.

Eunha tau malam hampir larut. Seharusnya suara hujan bisa membantunya tidur. Apalagi Jungkook juga sudah merem daritadi. Tapi, percaya nggak percaya, Eunha masih terbayang-bayang Rosa.

Terlebih, jika ingat isi surat yang temannya itu tinggalkan. Eunha kembali merasa bersalah. Dia menyesal karena gampang sekali mengucapkan kata kasar saat sedang marah. Harusnya dia mendengarkan nasehat Jungkook.

Eunha tidak perlu membalas kejahatan orang dengan kejahatan juga. Meskipun hanya sebatas kata-kata dan satu tamparan, sepertinya itu tidak worth it sekarang. Rosa mungkin sebenarnya benar-benar takut Eunha dimanfaatkan oleh Jungkook. Atau bisa saja saat itu Rosa sedang tidak waras karena habis mengonsumsi narkoba. Lain lagi, mungkin Rosa sedang tertimpa masalah keluarga lagi.

Kemana otaknya selama ini? Kenapa tidak bisa membaca kemungkinan lain yang terjadi? Eunha menghela napas panjang. Dia tau, tidak ada gunanya menyesal sekarang.

Eunha jadi penasaran apa yang sedang dilakukan Yuna saat ini? Gadis itu tidak sedang menangis lagi, kan? Mereka sudah saling berjanji untuk mengikhlaskan Rosa, membantu Rosa dengan sering mengirimkan doa, lalu memulai hidup baru mereka bersama-sama.

Eunha bergerak, membetulkan selimut yang melorot hingga bahunya. Gadis itu mengingat kembali kamar Rosa yang selama seminggu lebih dia tempati. Lalu, kenangan kebersamaan mereka pun kembali membanjiri ingatan Eunha.

Dia menyesal. Sungguh-sungguh menyesal karena tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Rosa. Andai ada mesin waktu, bisakah Eunha kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya?

Hingga Rosa tidak perlu terjun ke dunia narkoba, tidak perlu mencuri atau masuk penjara. Hati Eunha semakin sakit teringat bagaimana kondisi mayat Rosa ketika ditemukan.

Ya, gadis itu tersenyum lega dalam tidur panjangnya. Rosa sudah lepas dari penderitaannya. Tapi, Eunha tetap merasa kalau Rosa bisa 'pergi' dengan cara yang lebih baik. Rosa bisa hidup lebih lama lagi andai tidak hanya Yuna yang membantu. Eunha tidak keberatan untuk berbagi dengan sahabatnya. Sungguh!

"Ikhlasin, Na. Jangan nangis lagi. Kasian temenmu," suara parau Jungkook tiba-tiba terdengar. Yang aneh, gambaran tubuh kaku Rosa yang tergeletak diatas dinginnya lantai penjara justru semakin jelas dan membuat tangis Eunha bertambah deras.

"Aku--" Eunha tercekat. "Masuk angin bisa menghilangkan nyawa orang ya, mas? Padahal selama ini aku pikir masuk angin itu penyakit yang gampang banget diobatin."

"Tidur aja bisa meninggal, kan? Kalau jalannya sudah begitu, mau gimana lagi?" sahut Jungkook mengusap-usap punggung Eunha.

"Tapi gimana bisa? Rosa udah diobatin. Aku liat ada balsam juga di sana. Kenapa?" Eunha terisak-isak, kembali merasa pilu mengingat bagaimana cara temannya berpulang.

"Masuk angin itu nggak ada dalam ilmu kedokteran, sayang. Masuk angin itu istilah umum masyarakat Indonesia. Kalau diliat dari gejala yang sering muncul, biasanya masuk ke penyakit influenza. Bisa juga karena masalah kadar triliserid dalam tubuh atau otot syaraf kejepit didaerah punggung dekat tulang belikat," Jungkook bicara dengan nada ala dokter yang sering Eunha dengar ketika sedang menjelaskan kepada pasien.

"Influenza sendiri kan, asalnya dari virus. Kamu belajar virologi, kan? Virus juga berkembang. Dia bakal memperbaiki diri kalau dia udah pernah diserang sama obat. Kalau almarhumah nggak tepat waktu minum obat, ya virus influenzanya jadi kebal sama obat yang dia minum. Gagal deh, obatnya bunuh si virus. Lain lagi kalau trigliseridnya tinggi." Jungkook berhenti sebentar. Sepertinya sedang memikirkan kalimat bagus lain yang bisa melegakan hati isterinya.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang