25. Hageshī Bijin Onēsan

4.2K 810 125
                                    

Mau vote dan komen atau enggak, dipersilahkan... 😂😂😂

Dadah..👋

###
Seperti kemarin, hari ini pun Eunha tampak gembira dan bersemangat. Dia bahkan membangunkan Jungkook lebih pagi daripada biasanya agar mereka bisa berjalan-jalan disekitar gedung apartemen itu. Olahraga pagi, kalau kata Eunha. Pret! Mana pernah gadis itu olahraga? Ditanya hobi saja, jawabannya makan dan tidur doang.

"Disini nggak ada warteg apa, ya? Laper," keluh Eunha setelah lima belas menit berlalu. Mereka berdua hanya memutari kompleks apartemen, tapi keringat yang keluar dari pori-pori Eunha sudah seperti seorang atlet marathon selesai berlari.

"Kamu kira ini dimana? Bahkan kembaranmu belum muncul, Na." Jungkook membalas sambil menunjuk ke arah langit yang masih gelap.

"Pulang yuk, mas? Mau makan," ajak Eunha, memelas.

"Katanya mau olahraga? Ayo lari lagi," tolak Jungkook halus. Eunha menggeleng lemah.

"Nanti kalau aku kecapekan terus sakit lagi gimana? Kan, aku belum fit bener," sahutnya membuat alasan. Jungkook yang menyadari hal itu hanya bisa memutar bolamata.

"Ya udah. Ayo!" jawab Jungkook, balik badan dan berlari kecil menuju apartemen sewaan mereka. Setengah menit kemudian, Eunha tidak kunjung menyamakan langkah hingga Jungkook harus berhenti dan menoleh ke belakang. Pemuda itu heran karena isterinya masih berdiri diposisi yang sama dengan satu tangan memegangi perut.

Karena khawatir, Jungkook mendekat untuk menanyakan kondisi isterinya tersebut.
"Kan, aku udah bilang kalau lapar," gerutu Eunha, cemberut kesal.

"Ya udah, ayo pulang. Ngapain malah berdiri disini terus?" sahut Jungkook bingung.

"Gendong." Eunha mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dengan ekspresi memohon yang amat memelas. Jungkook jadi gemas, bingung ingin mencubit pipi Eunha atau membuang gadis itu ke rawa-rawa sekalian. Dari kemarin udah nyebelin soalnya.

"Kamu punya kaki buat apa? Jalan sendiri!" tolak Jungkook tegas.

"Yah, nggak asik," dumel Eunha, tetap bergeming ditempatnya saat Jungkook kembali berlari kecil ke arah apartemen mereka.

"MAS? TAKUT KENA ENCOK, YA? NGGAK KUAT GENDONG AKU KARENA TULANGNYA UDAH KEROPOS?" seruan Eunha membuat Jungkook dengan geram berbalik dan berlari sekuat tenaga kembali ke arah isterinya lagi. Dalam satu kalo sentakan, tubuh gadis itu sudah berada digendongan sang suami.

"Mau sampai mana, sayang? Bulan?" Jungkook menggertakan gigi menahan jengkel. Eunha yang menyadari hal itu hanya tertawa.

"Nggak mau. Nanti kamu lempar. Ke apartemen, mas Dimas. Ojolmu kan nggak ada, makanya aku pesen kamunya aja," jawab Eunha, riang. Gadis itu sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana hati suaminya yang memburuk.

"Berarti bayar, loh. Ngojol yang naik motor aja bayar," balas Jungkook, mulai berjalan sambil menggendong Eunha.

"Oke! Bayarnya pakai uangmu ini," tawa Eunha keluar lagi ketika Jungkook meliriknya kesal.

"Ya nggak bisa lah! Sama aja aku nggak dibayar kalau gitu," tukas pemuda itu.

"Aku kan belum kerja, jadi belum punya uang. Bayar pakai cium, mau?" Eunha nyengir.

"Kurang. Cium udah biasa. Yang lain, dong." Sekarang gadis itu agak kaget. Dia memutar otak untuk memahami maksud ucapan suaminya. Lebih dari ciuman? Sekkseu? Tapi, bukannya Jungkook punya janji dengan ayah Eunha untuk tidak menyentuh gadis itu sampai setidaknya Eunha berusia dua puluh satu tahun?

Karena Eunha tidak kunjung menyahut, Jungkook pun menunduk untuk melihat ekspresi wajah isterinya. Tawa kecil keluar dari bibir pemuda itu melihat bagaimana kerasnya Eunha memikirkan ucapannya barusan.

My Dearest Ojol (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang